Meskipun waktu pengajuan beasiswa sudah lewat, namun Tuan Duyvetter akan berusaha membantu Hatta untuk mendapatkan beasiswa tersebut.Â
Ia akan menghubungkan Hatta dengan Tuan Z. Stovkis, Inspektur Perguruan Menengah dan mengatur janji untuk bertemu membicarakan mengenai beasiswa tersebut.Â
Hatta mengenal Tuan Stovkis dalam suatu kunjungannya ke PHS untuk mengantarkaan Clemanceau, bekas Perdana Menteri Perancis yang di waktu itu terkenal sebagai "Le Tigre" dan "Le Pere de la Victoria", Bapak Kemenangan, kemenangan Perancis pada Perang Dunia I, 1914-1918.
Saat berjumpa dengan Tuan Stovkis, Hatta diminta menjelaskan alasannya ketelatannya mengajukan beasiswa tersebut. Maka Hatta menjelaskan duduk persoalan yang ia alami.Â
Akhirnya ia menyarankan agar Hatta berangkat dahulu ke Rotterdam bersamaan dengan diurusnya beasiswa tersebut. Nanti ketika sudah berada disana, Hatta akan segera menerima beasiswa terugwerkende kracht, yang berlaku hingga tahun 1921.
Setelah itu Tuan Stovkis memberikan berbagai nasehat kepada Hatta terkait studinya, dan mengarahkan apa saja yang harus dijalani serta didalami oleh Hatta selama studi di Rotterdam, termasuk mempelajari kultur Barat.
Hatta mulai mempersiapkan berbagai hal, mulai dari Paspor, pakaian dingin yang akan ia gunakan ketika musim dingin di Eropa. Ia merencanakan akan kembali ke Sumatera Barat dahulu dan tinggal di sana selama sebulan, setelah itu baru berangkat ke Rotterdam menggunakan kapal dari Teluk Bayur.Â
Waktu luangnya di Jakarta ia gunakan untuk menjenguk Mak Etek Ayub dan menyampaikan kabar keberangkatannya itu. Waktu berpamitan ke Percetakan Evolutie untuk pamitan dengan Kasuma St. Pamuntjak, ia meminta Hatta sesekali menulis karangan untuk Neratja.Â
Sesuai dengan kesepakatan, Hatta akan menulis karangan dan ia akan menerima honor f 5 per kolom.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H