Pada Mei 1921, Hatta menempuh ujian penghabisan di PHS dengan baik. Di antara murid yang diuji, 21 yang lulus termasuk Hatta dan ada 3 orang yang gagal.Â
Hatta masuk ke dalam peringkat ketiga, sementara peringkat pertama adalah Leo David Richard yang bersama dengan Hatta langsung meneruskan pendidikan ke Handelshogeschool di Rotterdam.Â
Bung Hatta agak telat mendaftarkan beasiswa bagi dirinya, sementara Mak Etek Ayub yang selama ini membiayai pendidikan dan biaya hidupnya tengah di penjara karena terlibat kasus perdagangan spekulasi yang akhirnya membuatnya memiliki hutang cukup besar. Namun ketika istrinya menjenguk, ia selalu menitipkan pesan agar Hatta tetap melanjutkan pendidikannya.
Di waktu itu hubungan dagang mulai terbuka kembali sesudah terhenti di masa perang. Banyak sekali pemintaan dari kantor perniagaan dan pelayaran akan tenaga-tenaga baru tamatan HBS atau PHS.Â
KPM saja membutuhkan kira-kira 60 orangpemuda, sedangkan HBS dan PHS tidak dapat menghasilkan lebih dari 50. Gaji permulaan ditawarkan f 350 sebulan, sedangkan tiap-tiap tahun akan menerima gratifikasi sebanyak enam bulan gaji.Â
Suatu boomperiode. Masa luar biasa, dimana anak muda berumur18 sampai 20 tahun sudah dapat menerima gaji f 525 sebulan. Sedangkan seorang guru MULO yang baru datang dari Nederland saja hanya mendapatkan gaji f 300 sebulan.
Hatta mengalami keraguan, apakah ia harus melanjutkan pendidikan atau bekerja terlebih dahulu setahun untuk mengumpulkan modal untuk selanjutnya melanjutkan pendidikan ke Rotterdam.Â
Ia sempat menemui beberapa orang untuk meminta pendapat, kepada Direktur PHS Tuan Stigther, kepada guru Bahasa Belanda Tuan Kerdel, guru Perhubungan Dagang Tuan Broekhuizen, guru-guru Pelajaran Kimia, dan Pengetahuan Barang Dr. De Kock, ke semuanya memiliki pendapat yang berbeda.Â
Beberapa menyarankan agar Hatta turun ke dunia praktek perdagangan terlebih dahulu, sebagiannya lagi menyarankan agar Hatta mengedepankan pendidikan selagi muda. Mendengar nasihat Dr. de Kock, niat Hatta untuk melanjutkan pendidikan ke Rotterdam bertambah kuat.Â
Setelah menghitung-hitung biaya transportasi yang dibutuhkannya untuk pergi ke Rotterdam, Hatta memutuskan untuk menemui Tuan Duyvetter, seorang pegawai Departemen Pengajaran dan Agama yang bertugas memperhatikan keadaan murid-murid sekolah menengah yang datang dari luar Betawi untuk meminta tolong kepadanya agar dapat memperoleh beasiswa di Rotterdam.
Meskipun waktu pengajuan beasiswa sudah lewat, namun Tuan Duyvetter akan berusaha membantu Hatta untuk mendapatkan beasiswa tersebut.Â
Ia akan menghubungkan Hatta dengan Tuan Z. Stovkis, Inspektur Perguruan Menengah dan mengatur janji untuk bertemu membicarakan mengenai beasiswa tersebut.Â
Hatta mengenal Tuan Stovkis dalam suatu kunjungannya ke PHS untuk mengantarkaan Clemanceau, bekas Perdana Menteri Perancis yang di waktu itu terkenal sebagai "Le Tigre" dan "Le Pere de la Victoria", Bapak Kemenangan, kemenangan Perancis pada Perang Dunia I, 1914-1918.
Saat berjumpa dengan Tuan Stovkis, Hatta diminta menjelaskan alasannya ketelatannya mengajukan beasiswa tersebut. Maka Hatta menjelaskan duduk persoalan yang ia alami.Â
Akhirnya ia menyarankan agar Hatta berangkat dahulu ke Rotterdam bersamaan dengan diurusnya beasiswa tersebut. Nanti ketika sudah berada disana, Hatta akan segera menerima beasiswa terugwerkende kracht, yang berlaku hingga tahun 1921.
Setelah itu Tuan Stovkis memberikan berbagai nasehat kepada Hatta terkait studinya, dan mengarahkan apa saja yang harus dijalani serta didalami oleh Hatta selama studi di Rotterdam, termasuk mempelajari kultur Barat.
Hatta mulai mempersiapkan berbagai hal, mulai dari Paspor, pakaian dingin yang akan ia gunakan ketika musim dingin di Eropa. Ia merencanakan akan kembali ke Sumatera Barat dahulu dan tinggal di sana selama sebulan, setelah itu baru berangkat ke Rotterdam menggunakan kapal dari Teluk Bayur.Â
Waktu luangnya di Jakarta ia gunakan untuk menjenguk Mak Etek Ayub dan menyampaikan kabar keberangkatannya itu. Waktu berpamitan ke Percetakan Evolutie untuk pamitan dengan Kasuma St. Pamuntjak, ia meminta Hatta sesekali menulis karangan untuk Neratja.Â
Sesuai dengan kesepakatan, Hatta akan menulis karangan dan ia akan menerima honor f 5 per kolom.