Kebudayaan adalah warisan berharga dalam suatu masyarakat yang mencakup berbagai aspek. Di antaranya adalah bahasa, tradisi, seni, adat istiadat, dan sistem nilai yang membentuk identitas suatu kelompok.
Salah satu cara untuk menghargai dan mengungkapkan keindahan kebudayaan adalah melalui puisi. Pasalnya, puisi adalah sarana yang sempurna untuk menyampaikan pesan-pesan budaya yang terkandung dalam masyarakat.
Contoh puisi tentang kebudayaan ini mampu menggambarkan kekayaan dan keunikan budaya suatu bangsa. Selain itu juga bisa menjadi referensi bagi guru untuk memberikan diferesiasi konten puisi yang menghubungkannya dengan CRT (Culturally Responsiva Teaching).
Kita akan menjelajahi bagaimana puisi mampu membangkitkan dan menggali keindahan dari kebudayaan. Berikut ini adalah contoh puisi tentang kebudayaan yang bisa dijadikan referensi, dikutip dari berbagai sumber, Kamis (26/10/2023).
Contoh Puisi Tentang Kebudayaan:
TENTANG KOTA MALANG
Karya : Riami
Malang ibarat gadis berparas bunga yang begitu elok
Mengundang rindu yang makin membelenggu
Di serambi kota, alun-alun membuka cakrawala pandang
Hawa dingin membuat malang dalam gigil mesti takkan beku
Malang ibarat kenangan yang enggan dilupakan
Layaknya tari topeng Panji yang menjadi inspirasi
Lupis, cenil, mendoan wah aku tak mampu lupakan itu semua
Splindit, pasar hewan piaraan, burung, kucing beradu riuh dengan suara pembeli
Malang ibarat serpihan surga bagi Sang Pelancong
Kampung warna-warni pada jantung kota menjadi semangat.
Beraneka bunga melenggak lenggok dalam tiupan angin sore bak gemulainya tarian Beskalan
Di alun-alun tugu, bunga teratai mekar sempurna, seperti harapan-harapan di kotaku.
KOTA INGANDAYA
Karya: Rias Wuliani
Tulungagung kaya
Kota Ingandaya, Industri Pangan, dan Budaya
Marmer, Oniks, Batik simbol kekayaan sumber daya
Jenang sabun, kue sagon, manco buah tangan yang tak boleh lupa
Tulungagung berbudaya
Reog kendang tradisi mendunia
Jaranan, ketoprak membuka cakrawala
Lelangan beksa seperti makanan wajib setiap acara
Tulungagung elok buana
Pantai Gemah, Popoh, Sine indahnya bak surga dunia
Meronanya jam emas menjadi magnet Sang Pengelana
Menjadi kenangan hingga kembali kesana
LEMBUTNYA MALAM DI KOTA BLITAR
Karya : Riza AA
Kembali pada senja di kota Blitar
Aku pacu kuda besi berkeliling bumi Bung Karno
Dari jalan ke jalan, perlahan bersama setiap kenangan
Mengumpulkan kasih sayang yang masih membayang
Suasana khas perkotaan yang damai
Alun-alun bagaikan lautan manusia
Keluarga cemara melindungi sang buah hati
Jelas tak sesunyi diriku yang melenggang di jalan
Kembali pada senja di kota Blitar
Kota indah bagai pesona bulan yang bersinar
Setiap sudut kotamu layaknya petir yang menyambar
Menyulut api rindu dalam dada yang damai.
Satu hal yang pasti, aku masih memenuhi janji
Setiap bulan Juli kembali ke kota ini
Mematri kembali cinta berwarna-warni
Menanti wangi melati, sang putri idaman hati
SERAMBI MADINAH
Karya: Rits
Jika Aceh dijuluki sebagai kota serambi mekkah
Kota Gorontalo yang katanya indah itu
Ternyata juga dijuluki sebagai kota serambi madinah
Â
Sesaat sebelum surya berlalu
Masih kudengar suara bedug berlalu-lalu
Banyaknya masjid yang berjejer di tiap sudut kota
Nyatanya memiliki sejuta cerita
Â
Laksana untaian mutiara di lautan
Kau sungguh indah dan menawan
Dulamayo, diyonumo, otanaha, pulo cinta
Ahhh...kurindu itu semua
Â
Ketika dewi malam menyinarkan sepercik cahaya dibalik awan
Kau bagaikan laksana permata yang berkilauan
Kilauanmu terlihat seperti sebuah kehangatan
Kilauanmu terlihat seperti sebuah ketenangan
Â
SAPI KARAPAN
Karya: Nurul Imami
Pekat darah menetes
Nafas hangat terhempas
Segelintir keringat mengalir bagaikan cucuran air
Bulir air mata terjatuh dengan ceceran air liur
Gegas langkah semakin lesat
Pekik suara semakin lantang
Menempuh jalan yang jauh semakin dekat
Dialah sapi karapan
Jantung hati dari jiwa roh nenek moyang
Wahai nenek moyangku, bersatulah!
Bersatulah bersama darah memayungi setiap langkah
Bersatulah bersama suka dan duka yang mengaung
Bersatulah bersama rintihan perih yang membekas
DAMAR KURUNG
Karya: Zaman
Gresik kota yang bercahaya,
Bagai permata yang bersinar di malam gelap.
Lampu damar kurung berkilau zircon,
Seperti bintang-bintang yang menari di angkasa.
Di tepi laut, lampu-lampu berdansa dalam kegelapan,
Bagai nyala api yang memeluk ombak.
Menyambut pelaut yang pulang,
Cahaya hangat memikat bagai pelukan di tengah samudera.
Damar kurung, penjaga malam yang setia,
Bagai caya pelangi di malam beku.
Menjadi pemandangan yang memukau,
Bagai lukisan alam yang abadi.
Gresik kota yang mempesona,
Damar kurung lambang keindahan,
Terukir kenangan indah yang tiada terlupa,
Bagai melodi indah yang tak pernah pudar.