Sebelas orang Menkes di atas 90% pendidikannya cukup sarjana. Hanya saja, levelnya kampusnya dari perguruan tinggi internasional ternama. Kampus pendidikan kita harus jempolan dulu agar kita mencetak perawat sekelas Menkes mereka. Kalau Bahasa Inggris saja masih belepotan, bagaimana perawat akan memimpin Kemenkes? Â Â
Rumus ketiga, perawat harus masuk dunia politik agar tidak hanya jadi alat politik. Pengalaman 11 Menkes di atas tidak terbantahkan sebagai buktinya. Minimal, perawat harus mengejar karirnya jadi anggota parlemen atau staf kepresidinan. Paling tidak selevel pengalaman Menkes kita, Pak Budi Gunadi Sadikin (BGS) yang dulu pernah menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN sebelum menjabat Menkes.
Rumus keempat, perawat harus berjuang keras. Komitmen ini penting agar bisa tampil sebagaimana profesional jebolan sebagaimana jebolan jurusan lainnya seperti teknik, manajemen, bisnis, administrasi dan hukum yang levelnya internasional.
Kesimpulan
Perawat pada intinya memiliki peluang besar, sama seperti profesi lain untuk jadi Menkes. Saat ini tidak sedikit perawat yang hanya mampu memimpin lembaga yang linear bidang kesehatan, misalnya sebagai Kepala Puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan. Agaknya, perlu perjuangan berat guna mendongkrak karir perangkat agar bisa bersaing dalam prolehan jabatan Menkes.
Kalau pun tidak, minimal jadi istri atau suami angggota parlemen atau Menkes saja lah. Kayak zamannya Florence Nightingale dulu di awal abad 20.
Makassar, 13 November 2021
Ridha Afzal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H