Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Perawat Bisa Jadi Menkes

13 November 2021   16:38 Diperbarui: 13 November 2021   16:53 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelas orang Menkes di atas 90% pendidikannya cukup sarjana. Hanya saja, levelnya kampusnya dari perguruan tinggi internasional ternama. Kampus pendidikan kita harus jempolan dulu agar kita mencetak perawat sekelas Menkes mereka. Kalau Bahasa Inggris saja masih belepotan, bagaimana perawat akan memimpin Kemenkes?   

Rumus ketiga, perawat harus masuk dunia politik agar tidak hanya jadi alat politik. Pengalaman 11 Menkes di atas tidak terbantahkan sebagai buktinya. Minimal, perawat harus mengejar karirnya jadi anggota parlemen atau staf kepresidinan. Paling tidak selevel pengalaman Menkes kita, Pak Budi Gunadi Sadikin (BGS) yang dulu pernah menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN sebelum menjabat Menkes.

Rumus keempat, perawat harus berjuang keras. Komitmen ini penting agar bisa tampil sebagaimana profesional jebolan sebagaimana jebolan jurusan lainnya seperti teknik, manajemen, bisnis, administrasi dan hukum yang levelnya internasional.

Source: oecd.org. Menkes G7. 
Source: oecd.org. Menkes G7. 

Kesimpulan

Perawat pada intinya memiliki peluang besar, sama seperti profesi lain untuk jadi Menkes. Saat ini tidak sedikit perawat yang hanya mampu memimpin lembaga yang linear bidang kesehatan, misalnya sebagai Kepala Puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan. Agaknya, perlu perjuangan berat guna mendongkrak karir perangkat agar bisa bersaing dalam prolehan jabatan Menkes.

Kalau pun tidak, minimal jadi istri atau suami angggota parlemen atau Menkes saja lah. Kayak zamannya Florence Nightingale dulu di awal abad 20.

Makassar, 13 November 2021

Ridha Afzal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun