Kalaupun mungkin bersedia, jika di luar negeri. Teman-teman perawat Indonesia mayoritas kurang tertarik kerja di PJ dalam negeri karena image nya dari awal kurang bagus. Fasilitas minim, kerja berat, gaji rendah dan pengembangan karir tidak ada.
Akan halnya jika ada peluang caregiver ke Jepang yang memang rata-rata bekerja di PJ. Mereka betah meskipun kerja berat. Tidak lain karena fasiitas lengkap, sarana dan prasarana memadai, gaji tinggi serta memungkinkan pengembangan karir. Hingga kini lebih dari 2.400 perawat kita yang bekerja di panti-panti perawatan manula di Jepang.
Lain Singapore, lain Jepang, lain India dan Arab. Di India dan Timur Tengah, mereka memiliki latar belakang adat istiadat dan budaya yang mirip dengan Indonesia.Â
Menurut seorang kenalan asa India, PJ tidak umum di sana. Mereka lebih suka orangtua mereka tinggal bersama anak-anak-anaknya. Bisnis PJ di India tidak begitu laku. Bahkan dari kalangan orang kaya pun tidak mengirimkan orangtuanya ke PJ. Mereka memanggil Caregiver sebagai gantinya.
Demikian pula yang terjadi di negara-negara Arab. Kalaupun ada, bisa dihitung jumlah lembaganya. Itu pun tidak dihuni oleh orang asli Arab yang pada umumnya memuliakan orangtua mereka dengan tinggal bersama anak-anaknya.
Kita memang tidak sama dengan orang Jepang Korea, Eropa, Australia dan Amerika di mana orangtua dan anak-anak bisa hidup terpisah. Orangtua lebih suka menyendiri tidak diganggu, dan anak-anakpun lebih suka mandiri dengan tidak tinggal bersama mereka.
Salah satu tujuan memiliki Social Security Card di sana adalah agar di hari tua mereka ada yang menjamin, bisa hidup di Homecare Center ini. Sebuah lembaga yang belum begitu populer di negeri kita tetapi dijadikan masa depan di negara-negara maju. Â
Oleh sebab itu, pendiri bisnis PJ di kita boleh jadi ragu untuk saat ini guna menanamkan investasi di pusat layanan kesehatan untuk kaum manula ini.Â
Tidak lain karena mayoritas rakyat kita masih belum bisa menerima kehadiran PJ di tengah masyarakat khususnya di daerah. Repot memang status PJ ini. Tidak ubahnya gajah di tengah jembatan. Mau mundur sudah terlanjut, mau maju pun berat. Entah kondisinya 10-20 tahun lagi. Wallahu a'lam..... Â Â
Makassar, 3 November 2021