Keluar atau dikeluarkan dari PKS, saya tidak paham. Yang saya ketahui pastinya ada konflik. Bersama Anis Matta, salah satu pendiri PKS, kini mereka berdua mengusung Partai Gelora Indonesia (Gelombang Rakyat Indonesia).
Katanya, partai ini lebih 'mengindonesia' dari pada PKS. Nama-nama tokoh yang bakal nimbrung belum dipublikasikan. Kecuali seperti Deddy Mizwar, mantan Gubernur Jawa Barat.
Bisa dimengerti mengapa banyak pro sekaligus kontra dengan didirikannya Gelora yang sudah ditanda-tangani perijinannya oleh Menhumkam Yasonna Laoly. Sesudah resmi, Anis dan FH lapor ke Presiden.
Lapor ke Presiden, itu hal biasa menurut saya. Tidak ada kaitanya dengan 'menjilat'. Lagi pula, Presiden ini milik seluruh rakyat Indonesia: yang nurut, manut, suka ngriktik atau yang bandel sebagai warga negara. Semuanya punya hak untuk bertemu presiden.
Ketika ada orang yang berbicara mirin terkait sikap FH dan Anis ini ketemu Presiden, ini bukti bahwa orang ini tidak ngerti, tidak paham tatakrama. Â FH tetap bisa memposisikan diri sebagai FH seperti yang kita kenal saat masih di DPR.
Saya masih ingat ketika ada yang komen bahwa FH bisanya hanya 'Omdo' (Omong Doang). Jawabnya, :"Lha tugas saya di DPR ya memang ngomong....!"
Demokrasi Ala FH
Yang saya tangkap visi misi dari sekian puluh obrolannya, FH sangat suka dengan 'Demokrasi'. Ibarat dagangan, inilah yang FH jual. Bisa saja ini terjadi lantaran dia tidak dapatkan kesempurnaan makna Demokrasi di PKS. Tidak juga di tempat lain. Walaupun mungkin ada orang yang 'melamar', tapi FH merasa kurang pas.
Dari beberapa bocoran isi Gelora ini, mirip Nasdem (Nasional Demokrat) yang diketuai oleh Surya Paloh. Sebagai partai baru, Gelora menghadapi tantangan besar. Hanya saja, bukan disebut sebagai FH dan Anis Matta apabila tidak mampu menggaet suara pada Pilkada 2020 dan Pemilu 2024 mendatang.
Intinya, FH menginginkan Indonesia bisa menjadi kekuatan ke 5 di dunia. FH akan mendirikan Akademi Pemimpin Bangsa (API). Mungkin inilah yang membedakan FH dengan pemimpin politik lainnya sebagai bentuk realisasi dari apa yang sudah digembar-gemborkan selama ini.
"Realitasnya, Indonesia sudah menjadi bangsa besar selama 75 tahun sekarang. Keberagaman yang terdiri dari 17 ribu pulau lebih ini tetap bersatu, tentu saja membuat kagum bangsa-bangsa dunia. Ini bisa menjadi format untuk menyatukan dunia." (Pikiran Rakyat, 18/8/2020).