Saya yakin gak bakalan ditanggapi oleh FH. Jangankan orang biasa FH. Manusia mulia sekelas Rasulullah SAW, insan terbaik di muka bumi yang dijamin masuk surga saja, masih sering dihina, dilempari kotoran, hingga dengan ancaman pembunuhan. Padahal beliau SAW Suci, ajakannya menyembah Tuhan Yang Esa, agar bisa masuk Surga.
FH Berbicara Lantang
Fahri Hamzah (FH). Kalau sebagai 'pengagum' saya mau jujur, menyukai pribadinya. FH dikenal lantang, tidak takut atau segan ketika berbicara tentang kebenaran. Tidak banyak di negeri ini orang yang sekelas FH.
Ketemu langsung tidak pernah. Saya mengetahuinya saat FH sering tampil di TV di acara ILC yang diasuh oleh Pak Karni Ilyas. Bersama Rocky Gerung, sangat pas. Kalau ngomong, sepertinya tidak ada yang nandingi. Wajar, jika FH laris manis dengan obrolan-obrolannya di Warung Kopi nya. "Ngopi Bareng Fahri Hamzah".
Orang bisa berbicara lantang tanpa beban itu biasanya karena sesuai dengan isi hati nuraniya. Jika bertentanga, pasti ada konflik dan bisa terbaca. Mulai dari raut wajah, cara bicara, ritme bicara, gaya bicara, teratur tidaknya serta kontinyuitasnya. Orang yang tidak memiliki beban moral atau batin, akan lancar.Â
Walaupun memang, dengan latihan, seperti actor drama, fil atau sinetron, kita bisa bermain. Tetapi biasanya tidak lama.
Barangkali ini yang bisa saya tangkap dari seorang FH yang konsisten dengan apa yang difikirkan, diomongkan dan dikerjakan.Â
Saya tidak melihat padanan orang yang sekelas FH di negeri ini. Makanya dia pantas menerima Bintang Mahaputera Nararya. Pedas dan tajam kritikannya. Atau Bintang tersebut sebagai 'penyumbat' kritikan? Wallahu a'lam.  Â
Padahal, saya dengar dulu FH tidak pintar-pintar banget saat kuliah. Saya juga dengar FH orangnya suka berorganisasi.Â
Artinya, modal untuk menjadi seorang FH, tidak harus pintar di kampus. Â Hanya saja untuk mengolah kata, dalam bahasa lisan dan bahasa tulis, bisa jadi kriteria, agar kompeten di bidangnya. Makanya dia juga nulis buku.
Bersama Fadli Zon, cocok. Namun ya.. itu tadi. Meskipun visi misi yang ada di pundaknya bagus, tetap dianggap salah oleh banyak orang. Kembali lagi, ini persoalan persepsi.
FH Doyan Omong