Sebelum menyelesaikan program Sarjana di Universitas Syiah Kuala-Banda Aceh, dia sempat mengikuti program Youth Leadership di Seoul, Korea Selatan. Alhamdulillah tanpa mengalami banyak rintangan, dia lolos seleksi.
Dua pekan lebih di Seoul, lewat forum tersebut Rizal mendapatkan banyak siraman motivasi tentang peran pemuda dalam kepemimpinan dan kewirausahaan. Dari dua materi ini dia semakin optimis bahwa kemampuan yang dimilikinya harus dikembangkan. Inilah langkah awalnya.
Langkah berikut yang ditempuhnya adalah melalukan analisa SWOT, yang mencakup Strength (kekuatan, kelebihan), Weaknesses (Kelemahan), Opportunity (Peluang) dan Threat (Ancaman atau tantangan). Dengan analisis tersebut, Rizal makin yakin dia bisa.
Balik ke Aceh, Rizal mengantongi ilmu, keterampilan, sikap, serta tersedianya jaringan (network) berupa banyak teman. Beruntungnya, saat itu dia banyak terlibat dalam kegiatan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Otomatis punya peluang dan dukungan dari banyak rekan-rekannya dalam setiap inisiatif yang dicanangkannya.
Selain ilmu, wawasan dan network, Rizal mendapatkan satu hal lagi yang menempel kuat dalam benaknya. Yakni istilah 'Oppa', sebuah kosa kata dari Bahasa Korea yang digunakan sebagai nama UMKM nya.Â
'Oppa' merupakan panggilan seorang perempuan pada kakak atau laki-laki yang lebih tua. Namun, kata 'Oppa' mengalami pergeseran makna, sehingga menjadi panggilan 'sayang' pada laki-laki yang sedang dekat dengannya. Tepatnya, dalam bahasa Indonesia, 'oppa' dapat berarti 'abang' atau 'mas'. Sangat beralasan mengapa 'Oppa' dijadikan nama produk kekiniannya yang diharapkan atraktif, karena generasi muda kita banyak yang gandrung dengan Korea. Â
Kegiatan Masa Mahasiswa
Sebelum Oppa terwujud, Rizal melakukan penjajakan. Berupa proyek 'uji coba'. Memang belum bernuansa olah data, tetapi setidaknya akan memberikan pengalaman berharga dalam dunia usaha. Bersama teman-teman kuliah, Rizal berjualan aneka Sup Buah. Menjual Sup Buah di kampus menurutnya cukup menjanjikan. Selain murah, mudah dan dibutuhkan banyak orang, menjual Sup Buah tidak ada risikonya.
Hanya saja, jualan Sup Buah ini memiliki kelemahan dari sisi professional. Inilah yang sedikit mengganjal. Sehingga secara perlahan, teman-temannya yang bergabung mundur teratur, satu per satu. Lambat laun, merasa kurang sumber daya manusianya (SDM), jualan Sup Buah terhenti untuk sementara.
Meskipun demikian, diakuinya dengan jualan Sup Buah mereka mendapat untung lumayan. Bisa digunakan untuk menambah uang saku. Sementara belum sepenuhnya terhenti bisnis Sup Buah di kampus, Rizal mulai mikir-mikir, bagaimana merintis bisnis berikut yang lebih pas, yang sekiranya selaras dengan kehidupan profesinya.
Alhamdulillah ketemu. Meskipun dia belum sepenuhnya menguasai. Namun, karena dia tipe pemuda yang berorientasi pada tujuan (Goal Oriented), kendala yang dihadapinya tidak menjadikannya mundur. Peluang besar itu berupa menjual jasa olah data. Â