Kolektor
Di Jalan Teuku Umar, Banda Aceh, terdaat toko yang menjual barang-barang antic, barang kuno bagi pecintanya. Seperti Art Shop yang menjual barang-barang seperti Rencong, Guci, Siwah, Piring Kuno, pisau, pedang dan lain-lain. Para kolektor menyukai tempat-tempat seperti ini. Di Kota Malang juga ada seperti Galeri Bangho, Dinoyo Antik, Pusat Uang Kuno dan lain-lain.
Kita tahu ada orang-orang yang suka mengumpulkan barang-barang antic atau kuno ini. Harganya bisa mencapai jutaan Rupiah. Ada pula yang tujuannya hanya untuk memiliki, tidak diperjual-belikan. Mereka kumpulkan barang-barang peninggalan menjadi salah satu hobinya.
Ada yang beranggapan bahwa mengumpulkan barang-barang ini menjadi salah satu investasi. Oleh karena itu tidak sedikit mereka yang suka travel hanya untuk mencari benda-benda 'aneh' ini di seluruh pelosok negeri.
Saya pernah ketemu seseorang yang memiliki benda semacam moci, yang kemungkinan berusia ratusan tahun. Kata pemiliknya benda ini ditemukan di halaman rumahnya sesudah mimpi 'aneh' disuruh menggali tanah tersebut kemudian didapatkan benda tersebut. Terlepas dari benar tidaknya, tetapi benda-benda tersebut bukan tidak mungkin banyak diminati oleh kolektor.
Raibnya barang-barang peninggalan purbakala, warisan nenek moyang zaman dulu boleh jadi karena masyarakat belum paham akan pentingnya menjaga benda-benda seperti ini untuk diserahkan kepada Pemerintah pada lembaga yang menanganinya.Â
Sedihnya, orang-orang yang menemukan ini biasanya secara sosial ekonomi kurang mampu. Akibatnya, mereka jual, kadag dengan harga sangat murah.
Jika ini yang terjadi, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Barang-barang kuno yang bernilai sejarah bisa raib di tangan-tangan orang yang kurang tepat.
Malang, 4 August 2020
Ridha Afzal Â