Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Inovasi Investasi Selain Uang dan Emas

29 Juli 2020   20:01 Diperbarui: 29 Juli 2020   19:49 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Investmentlive.co.za

Saya punya teman masih muda, 24 tahun usianya. Sangat kreatif. Profesinya sebagai perawat, tapi dia juga pandai desain grafis, mempelajari banyak teknik pemasaran dan aktif dalam bidang penelitian. Dia dirikan kelompok Olah Data penelitian bersama beberapa teman lainnya dari berbagai kampus di seluruh Indonesia. Dia juga aktif mengikuti update tentang saham.

Ini menjadi bahan inspirasi bagi saya. Bahwa investasi, ke depan, tidak harus dalam bentuk uang saja. Bisa berupa penajaman cara berfikir, olah perasaan karena kita manusia, dan keterampilan dengan menggunakan tangan.

Tiga bentuk investasi ini yang saya sebut sebagai Holistic Investment. Sebuah bentuk investasi menyeluruh dari potensi yang dimiliki oleh setiap manusia (pikiran, perasaan dan keterampilan). Dengan demikian, investasi tidak harus sempit hanya berupa modal uang atau emas batangan.  

Mengapa?

Uang sering menjadi sumber masalah. Karena uang hubungan persaudaraan pecah, teman putus, kerabat rusak porak poranda. Walaupun uang sangat penting, tetapi nilai-nilai kemanusiaan jika sirna karenanya, lantas di mana artinya uang?

Beda Cara Pandang
Investasi berasal dari Bahasa Inggris "Investment" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk jangka waktu tertentu. 

Ada beberapa pengertian terkait investasi ini dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda. Ada yang menyebut penanaman 'aset' yang bisa pula dalam bentuk waktu, tenaga dan fikiran. Walaupun secara umum memang dikenal dengan investasi dalam bentuk modal yang berupa uang atau emas.

Saya melihat perubahan zaman di era digital ini terjadi pergeseran cara pandang terhadap bagaimana orang berinvestasi. Apalagi di saat terjadi wabah Corona. Tantangan makin besar karena mobilitas kita terbatas. Ini akan berpengaruh besar terhadap jenis dan nilai invetasi.

Cara pandang saya terhadap investasi itu sendiri tidak berpatokan pada konsep tradisional di mana invetasi harus dalam bentuk uang atau emas.  

Investasi Pikiran (Head)
Ada orang-orang yang secara finansial mapan sejak dari awal. Dihirkan dari keluarga mampu, bisa sekolah lancar. Fasilitas punya. Kerja enak, digaji layak. Kemudian dapat jabatan pula. Namun ada pula orang-orang yang tergolong kurang beruntung. Dari lahir sampai meninggal dunia, tetap dalam kondisi 'menderita' secara finansial.

Namun, meski tergolong sebagai orang yang 'tidak punya', mereka ingin memiliki 'investasi' dalam hidupnya. Hanya saja, apa yang harus diinvestasikan jika dalam kondisi demikian?

Beberapa teman kuliah saya yang tinggal di Bireuen (Aceh), diterima kerja di pusat layanan kesehatan di sana. Sedihnya,  mereka harus bersedia tidak dibayar selama 3 bulan. Sesudah itu, akan diberi honor sebesar Rp 500.000 per bulan selama 6 bulan berikut. Dalam keadaan demikian, mereka bisa investasi apa?

Oleh karenanya, sebagai sarjana keperawatan, mereka hanya mampu investasi fikiran dan tenaga yang berupa ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Ada banyak professional muda kita yang mimpi melakuka investasi uang atau emas tetapi tidak berdaya karena kerjanya tidak cukup menghasilkan uang.

Investasi Perasaan (Heart)
Ada pula yang ingin berinvestasi dalam bentuk perbuatan baik, yakni mengajarkan nilai-nilai moral dan spiritual. Orang-orang yang memiliki perhatian terhadap perkembangan moral anak bangsa, misalnya guru atau ustadz,  jarang dalam posisi mampu secara material. Akan tetapi bersedia untuk mengajarkan nilai-nilai luhur agar manusia memiliki budi pekerti yang baik. 

Bukankah ini juga sebuah investasi?

Perkampungan Manajemen Qalbu milik A.A. Gym misalnya, itu sebuah investasi. Orang-orang yang belajar manajemen Qalbu ini diharapkan memiliki sikap jujur, bisa dipercaya, disiplin, pandai menghargai orang lain, serta sifat-sifat terpuji lainnya.

Jika mereka berdagang sebagai contoh, mereka akan berdagang dengan baik. Jika mereka bekerja, mereka juga bisa dipercaya karena disiplin dan tidak korupsi. Bukankah ini juga investasi?  

Investasi Keterampilan (Hands)
Tidak beda dengan pemikiran, ide, moral atau spiritual. Orang bisa juga berinvestasi keterampilan. Dengan sharing keterampilan, tidak dalam bentuk uang, emas atau barang lain, orang sebenarnya bisa juga berinvestasi dengan menggunakan keterampilannya. Lambat laun yang namanya uang ata barang pasti akan datang dengan sendirinya.

Ini banyak terjadi di desa-desa terpencil atau di kota juga bisa. Hanya saja umumnya terjadi para mereka yang memiliki rasa kepedulian tinggi. 

Mereka bangga jika bisa mentransfer keterampilannya kepada orang lain, khususnya pemuda. Misalnya mengajarkan keterampilan berbahasa, computer, potong rambut, jahit menjahit, pertukangan, mesin, bengkel dan lain-lain.

Kesimpulan
Benar bahwa investasi secara sempit dapat diartikan dalam bentuk uang atau emas. Namun sebenarnya investasi sejati adalah menabung yang memiliki nilai kemanusiaan yang jauh lebih berharga dari sekedar uang atau emas. Yakni investasi dalam bentuk buah fikiran, hati dan keterampilan (Head, Heart and Hands). Kepala, hati dan tangan.

Pemahaman nilai investasi Holistik ini penting agar manusia tidak kehilangan makna kemanusiaannya.

Tingkat kepuasan manusia akan lebih tinggi dan tidak menutup kemungkinan akan memberikan keuntungan material apabila mengedepankan nilai-nilai moral manusia itu sendiri. Di samping, investasinya akan bertahan lebih lama, yang bersangkutan akan selalu dikenang. Fikiran, hati dan karyanya. Bukan uang serta jumlah emasnya.

Mau coba?

Malang, 29 July 2020
Ridha Afzal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun