Saya punya teman masih muda, 24 tahun usianya. Sangat kreatif. Profesinya sebagai perawat, tapi dia juga pandai desain grafis, mempelajari banyak teknik pemasaran dan aktif dalam bidang penelitian. Dia dirikan kelompok Olah Data penelitian bersama beberapa teman lainnya dari berbagai kampus di seluruh Indonesia. Dia juga aktif mengikuti update tentang saham.
Ini menjadi bahan inspirasi bagi saya. Bahwa investasi, ke depan, tidak harus dalam bentuk uang saja. Bisa berupa penajaman cara berfikir, olah perasaan karena kita manusia, dan keterampilan dengan menggunakan tangan.
Tiga bentuk investasi ini yang saya sebut sebagai Holistic Investment. Sebuah bentuk investasi menyeluruh dari potensi yang dimiliki oleh setiap manusia (pikiran, perasaan dan keterampilan). Dengan demikian, investasi tidak harus sempit hanya berupa modal uang atau emas batangan. Â
Mengapa?
Uang sering menjadi sumber masalah. Karena uang hubungan persaudaraan pecah, teman putus, kerabat rusak porak poranda. Walaupun uang sangat penting, tetapi nilai-nilai kemanusiaan jika sirna karenanya, lantas di mana artinya uang?
Beda Cara Pandang
Investasi berasal dari Bahasa Inggris "Investment" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk jangka waktu tertentu.Â
Ada beberapa pengertian terkait investasi ini dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda. Ada yang menyebut penanaman 'aset' yang bisa pula dalam bentuk waktu, tenaga dan fikiran. Walaupun secara umum memang dikenal dengan investasi dalam bentuk modal yang berupa uang atau emas.
Saya melihat perubahan zaman di era digital ini terjadi pergeseran cara pandang terhadap bagaimana orang berinvestasi. Apalagi di saat terjadi wabah Corona. Tantangan makin besar karena mobilitas kita terbatas. Ini akan berpengaruh besar terhadap jenis dan nilai invetasi.
Cara pandang saya terhadap investasi itu sendiri tidak berpatokan pada konsep tradisional di mana invetasi harus dalam bentuk uang atau emas. Â
Investasi Pikiran (Head)
Ada orang-orang yang secara finansial mapan sejak dari awal. Dihirkan dari keluarga mampu, bisa sekolah lancar. Fasilitas punya. Kerja enak, digaji layak. Kemudian dapat jabatan pula. Namun ada pula orang-orang yang tergolong kurang beruntung. Dari lahir sampai meninggal dunia, tetap dalam kondisi 'menderita' secara finansial.