Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menyikapi Langkah Kesehatan dan Ekonomi Kita Terkait Covid-19

23 Juli 2020   07:51 Diperbarui: 23 Juli 2020   08:08 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masyarakat kumuh. Sumber: Info Surabaya.id

Pandemi ini membuat banyak orang merasa bingung, cemas, stres, dan frustasi. Sejumlah orang khawatir sakit atau tertular Covid-19. Di sisi lain mereka juga risau masalah finansial, pekerjaan, masa depan, dan kondisi setelah pandemi. 

Dengan kondisi seperti ini, orang tidak akan bisa bekerja dengan leluasa. Menurut profesor epidemiologi psikiatrik di Harvard, TH Chan School of Public Health, Karestan Koenen, Ph.D, stres menghadapi pandemi dalam jangka panjang dapat memicu gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Covid-19 di Indonesia berpotensi resesi. Dampak ekonomi karena Covid-19 ini 'jauh lebih berat' ketimbang krisis moneter 1998 (BBC News, 20 Juni 2020).  Para pencari kerja di Indonesia bisa kesulitan mencari lowongan pekerjaan dalam beberapa bulan ke depan, jika ekonomi memasuki resesi. 

Pertumbuhan Produk Domestik Brut (PDB) di kuartal III, yang dimulai Juli 2020, diprediksi akan tumbuh di kisaran 1,4%, atau melemah sampai minus 1,6%. Jika pertumbuhan ekonomi minus dalam dua triwulan berturut-turut, maka bisa dikatakan Indonesia mengalami resesi, kata Sri Mulyani.

"Kita memang harus berkompromi dengan Covid, bisa hidup berdampingan dengan covid. Yang kemarin saya bilang, kita harus berdamai dengan Covid," ujar Jokowi dalam pernyataannya, Jumat (15/5). "Berdampingan itu justru kita tidak menyerah. Tapi menyesuaikan diri. Kita lawan keberadaan virus Covid-19 tersebut dengan mengedepankan dan mewajibkan protokol kesehatan yang ketat, yang harus kita laksanakan," Lanjut beliau.

Menyikapi Langkah Pemerintah
Akhir-akhir ini sudah tidak lagi terdengar konverensi Pers yang dilakukan Pemerintah mengenai update terbaru kasus Covid-19. Presiden Jokowi juga membubarkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan diganti dengan Satuan Tugas Penanganan Covid-19.

Hemat saya, itu soal ganti istilah. Orang kita sudah banyak yang cerdas. Tidak ada update pun tidak masalah. Orang kita bisa melihat udate di medsos. Berita tersedia gratis di mana-mana. Kita sudah jenuh dengan berita yang 'monoton'. Masyarakat lebih suka dengan berita yang bersfat solutif, yang menawarkan pemecahan masalah ketimbang memberitakan besarnya masalah.  

Misalnya, Pandemi Covid-19 ini, diakui atau tidak, telah memberikan nuansa baru pada rantai pasokan dunia (global supply chain). Sumber pasokan dunia yang tadinya dikuasai kurang lebih 20 persen oleh negara China, telah bergeser ke beberapa negara lain karena adanya pandemi ini. Tentu saja untuk dapat merebut global supply chain, Indonesia harus berbenah diri agar lebih menarik investor.

Kita juga berharap adanya penurunan tarif pajak penghasilan perusahaan yang telah dikeluarkan dalam Perppu I/2020 yang perlu diikuti oleh pembenahan dari sisi kepastian hukum investasi, reformasi birokrasi dan iklim ketenagakerjaan yang sehat. Segala daya upaya perlu dikerahkan secara bersinergi agar Indonesia dapat bangkit dari dampak pandemi Covid-19 ini.

Managing Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani, mengatakan kunci untuk bertahan adalah tetap optimistis dan selalu beradaptasi dengan keadaan. Pengusaha yang dapat menyusun rencana terstruktur baik di masa pandemi ini maupun setelah krisis mereda, akan mampu bergerak lebih cepat kembali pada trajektori pertumbuhan seperti semula.

Dengan kemajuan teknologi dan informasi yang terjadi, peluang membangun bisnis daring yang besar akan semakin memungkinkan. Seiring dengan berkembangnya waktu, teknologi akan semakin berkembang. Hal tersebut dapat dimanfaatkan sebagai inovasi untuk mengembangkan bisnis yang akan semakin besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun