Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pendidikan Formal Bukan Segalanya, Inilah Tips Milih Pelatihan yang Tepat

9 Juni 2020   06:56 Diperbarui: 9 Juni 2020   07:01 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Di tengah maraknya pendidikan Online (Daring), mahalnya biaya pendidikan formal, persaingan bisnis yang ketat, serta tuntutan kebutuhan hidup yang tidak terbendung, kita jadi bertanya-tanya: jenis pelatihan tepat?

Kita tahu, tidak semua pelatihan bisa diberikan tanpa bimbingan langsung. Ada tiga jenis pelatihan. Pertama pelatihan yang membutuhkan bimbingan dan langsung. Kedua jenis pelatihan yang partially membutuhkan bimbingan dan tutorial. Jenis ketiga adalah pelatihan yang bisa dilakukan tanpa bimbingan langsung dari tutornya. 

Tiga jenis pelatihan ini ada yang berbayar, ada yang mendapatkan subsidi dari Pemerintah, ada juga yang gratis. Yang berbayar biasanya pelatihan untuk tenaga professional, misalnya untuk profesi insinyur, dokter, perawat, keselamatan dan kesehatan kerja hingga dosen. Sedangkan yang mendapatkan subsidi atau gratis umumnya yang bertujuan untuk memberi keterampilan guna perolehan peluang kerja. Walaupun berbulan-bulan, bisa saja diperoleh secara cuma-cuma.

Memilih jenis pelatihan tersebut gampang-gampang susah. Kalau hanya sekedar mengikuti pelatihan, kita bisa asal comot. Setiap saat kita bisa temukan puluhan pelatihan yang ditawarkan lewat media social. Ada yang membuat kita tertarik, ingin mencobanya. Ada yang biasa-biasa saja. Ada pula yang membuat kita tidak tertarik sama sekali. Di sinilah pentingnya bagaimana memilih jenis pelatihan yang tepat.

Setiap orang memiliki selera yang berbeda dalam memilih pelatihan yang tepat untuk dirinya. Persoalannya, tidak semua pelatihan yang menarik lantas otomatis bermanfaat. Di sinilah pentingnya kiat bagaimana memilih jenis pelatihan. Bukan hanya azas manfaat yang perlu kita pertimbangkan. Pelatihan yang kita dapat harus bisa meningkatkan kompetensi, sesuai passion, secara finansial memberi keuntungan (walaupun bagi sementara orag tidak butuh uang), serta menambah reputasi. Empat syarat inilah yang harus dipenuhi.

Menurut data Kemendikbud (Desember 2019), jumlah lembaga kursus dan pelatihan (LKP) di Indonesia mencapai angka 19.000 lebih. Dari jumlah tersebut hanya 3200 yang sudah mengantongi akreditasi. Artinya, masyarakat bisa memilih LKP yang tepat jika ingin meningkatkan atau memiliki keterampilan baru dalam menghadapi persaingan di masa depan. LKP yang terakreditasi mendapatkan manfaat karena bantuan dana dari Pemerintah.

Di era revolusi industry 4.0 ini, pendidikan formal bukan lagi segalanya dalam pengembangan karir seseorang. Orang dengan keterampilan khusus akan lebih dibutuhkan oleh industri, sekalipun pendidikan formalnya hanya sampai SMA/SMK. Orang tidak harus menunggu lulus sarjana untuk mendapatkan pekerjaan dan punya penghasilan. 

dokpri
dokpri
Zaman sekarang ini kebutuhan utama memperoleh lapangan kerja dengan penghasilan nyata itu lebih utama daripada memperoleh ijazah yang tidak menjanjikan lapangan kerja. Saat ini jurusan kursus/pelatihan yang paling diminati menurut data Kemendikbud adalah: desain grafis dan multimedia, programing, digital marketing, teknik otomotif, desain fashion, tata kecantikan kulit rambut pengantin, kuliner, border dan sulam, akutansi dan elektronika.

Namun ada pula jenis pelatihan yang tidak disebutkan oleh Kemendikbud yang juga banyak dimintai, bahkan memberikan prospek yang baik untuk bisa bekerja hingga ke luar negeri. Sepertinya pelatihan Caregiver atau Baby Sitter, Bahasa Jerman, Mandarin, Jepang dan Korea, hingga pelatihan Perhotelan dan Tata boga. 

Pelatihan-pelatihan tersebut juga banyak dibutuhkan. Disertai kemampuan berbahasa asing, orang yang terampil akan dapat dengan mudah memperoleh pekerjaan hingga ke luar negeri. Kendalanya adalah, untuk kerja di luar negeri ini umumnya dibutuhkan dana yang relative besar.

Peserta pelatihan pada dasarnya memiliki motivasi yang berbeda. Ada yang untuk mencari pekerjaan, ada yang sekedar kepentingan pengkayaan hobi, pengisi waktu luang, menambah keterampilan, serta ada pula yang untuk kepentingan membuka usaha.

Persoalan lain yang dihadapi masyarakat Indonesia adalah, tidak semua jenis pelatihan yang kita kehendaki ini tersedia di tempat kita. Masyarakat yang berada di luar Pulau Jawa misalnya, sulit mendapatkannya karena sarana transporasti terbatas dan lokasi di wilayah terpencil. Betapapun diberikan gratis pada akhirnya banyak yang tidak bisa menikmati. Alternatif bagi mereka adalah mengikuti pelatihan Online.

Masalah yang kedua adalah tersedianya berbagai jenis pelatihan online belum tentu sesuai dengan passion kita. Oleh sebab itu, dalam memilih pelatihan terkadang passion itu harus diletakkan pada prioritas kedua. Minat tidak boleh menduduki prioritas utama karena apa yang kita suka belum tentu ada. Sebaliknya, kita harus jeli melihat kebutuhan pasar. Dengan kata lain, kita lah yang harus belajar mengikuti kebutuhan nyata di masyarakat, bukan lingkungan yang diharapkan mengerti akan kebutuhan kita. Belajar mengerti kebutuhn orang banyak inilah yang tidak mudah.

Sebagai contoh, saat ini Jepang, Hongkong, Taiwan dan Singapore  banyak membutuhkan tenaga Caregiver (semacam Nursing Assistant). Kita mungkin sekali tidak tertarik dengan profesi ini. Namun harus diakui, setju atau tidak, bagi yang statusnya single, umur kurang dari 30 tahun, kelak akan berumah tangga da akan mengasuh anak-anak. 

Tenaga kita suatu hari nanti juga mungkin dibutuhkan untuk  merawat orangtua kita sendiri. Karena itulah belajar Ilmu Cargiver memberikan manfaat ganda bagi mereka yang sedang mencari kerja. Kursusnya hanya memakan waktu sekitar 4-6 bulan. Sesudah itu siap berangkat. Hanya saja, kita harus jeli dalam melihat Lembaga Pelatihannya. Karenanya, LKP yang terakrediasi lebih bisa dipercaya.

Kesimpulannya, kita tidak perlu risau apabila tidak mengantongi ijazah pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi belum tentu memberikan jaminan perolehan kerja. Pendidikan formal bukan segalanya dalam hidup ini. Pendidikan tinggi pun sesudah lulus tidak jarang masih butuh penajaman keterampilan lewat lembaga-lembaga seperti LKP. 

Sebaliknya, pilihlah keterampilan yang tepat melalui pelatihan jika itu adalah solusinya. Tidak harus bayar mahal. Asalkan ada minat dan keseriusan, pelatihan, perolehan pekerjaan yang tepat dan penghasilan mapan itu sebenarnya persoalan mudah.

Malang, 9 June 9, 2020
Ridha Afzal  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun