Di tengah maraknya pendidikan Online (Daring), mahalnya biaya pendidikan formal, persaingan bisnis yang ketat, serta tuntutan kebutuhan hidup yang tidak terbendung, kita jadi bertanya-tanya: jenis pelatihan tepat?
Kita tahu, tidak semua pelatihan bisa diberikan tanpa bimbingan langsung. Ada tiga jenis pelatihan. Pertama pelatihan yang membutuhkan bimbingan dan langsung. Kedua jenis pelatihan yang partially membutuhkan bimbingan dan tutorial. Jenis ketiga adalah pelatihan yang bisa dilakukan tanpa bimbingan langsung dari tutornya.Â
Tiga jenis pelatihan ini ada yang berbayar, ada yang mendapatkan subsidi dari Pemerintah, ada juga yang gratis. Yang berbayar biasanya pelatihan untuk tenaga professional, misalnya untuk profesi insinyur, dokter, perawat, keselamatan dan kesehatan kerja hingga dosen. Sedangkan yang mendapatkan subsidi atau gratis umumnya yang bertujuan untuk memberi keterampilan guna perolehan peluang kerja. Walaupun berbulan-bulan, bisa saja diperoleh secara cuma-cuma.
Memilih jenis pelatihan tersebut gampang-gampang susah. Kalau hanya sekedar mengikuti pelatihan, kita bisa asal comot. Setiap saat kita bisa temukan puluhan pelatihan yang ditawarkan lewat media social. Ada yang membuat kita tertarik, ingin mencobanya. Ada yang biasa-biasa saja. Ada pula yang membuat kita tidak tertarik sama sekali. Di sinilah pentingnya bagaimana memilih jenis pelatihan yang tepat.
Setiap orang memiliki selera yang berbeda dalam memilih pelatihan yang tepat untuk dirinya. Persoalannya, tidak semua pelatihan yang menarik lantas otomatis bermanfaat. Di sinilah pentingnya kiat bagaimana memilih jenis pelatihan. Bukan hanya azas manfaat yang perlu kita pertimbangkan. Pelatihan yang kita dapat harus bisa meningkatkan kompetensi, sesuai passion, secara finansial memberi keuntungan (walaupun bagi sementara orag tidak butuh uang), serta menambah reputasi. Empat syarat inilah yang harus dipenuhi.
Menurut data Kemendikbud (Desember 2019), jumlah lembaga kursus dan pelatihan (LKP) di Indonesia mencapai angka 19.000 lebih. Dari jumlah tersebut hanya 3200 yang sudah mengantongi akreditasi. Artinya, masyarakat bisa memilih LKP yang tepat jika ingin meningkatkan atau memiliki keterampilan baru dalam menghadapi persaingan di masa depan. LKP yang terakreditasi mendapatkan manfaat karena bantuan dana dari Pemerintah.
Di era revolusi industry 4.0 ini, pendidikan formal bukan lagi segalanya dalam pengembangan karir seseorang. Orang dengan keterampilan khusus akan lebih dibutuhkan oleh industri, sekalipun pendidikan formalnya hanya sampai SMA/SMK. Orang tidak harus menunggu lulus sarjana untuk mendapatkan pekerjaan dan punya penghasilan.Â
Namun ada pula jenis pelatihan yang tidak disebutkan oleh Kemendikbud yang juga banyak dimintai, bahkan memberikan prospek yang baik untuk bisa bekerja hingga ke luar negeri. Sepertinya pelatihan Caregiver atau Baby Sitter, Bahasa Jerman, Mandarin, Jepang dan Korea, hingga pelatihan Perhotelan dan Tata boga.Â
Pelatihan-pelatihan tersebut juga banyak dibutuhkan. Disertai kemampuan berbahasa asing, orang yang terampil akan dapat dengan mudah memperoleh pekerjaan hingga ke luar negeri. Kendalanya adalah, untuk kerja di luar negeri ini umumnya dibutuhkan dana yang relative besar.
Peserta pelatihan pada dasarnya memiliki motivasi yang berbeda. Ada yang untuk mencari pekerjaan, ada yang sekedar kepentingan pengkayaan hobi, pengisi waktu luang, menambah keterampilan, serta ada pula yang untuk kepentingan membuka usaha.