Dengan demikian kami tahu lebih dini apa yang harus kami kerjakan "Bapa....bapa positif......!" kata petugas tersebut. Saya mencoba menenangkan emosi. Anak-anak semua kami panggil. Kami kumpulkan untuk membicarakan harus bagaimana. Selama dua hari saya tinggal di rumah, isolasi dari. Namun tidak memberikan rasa nyaman karena kuatir terjadi penyebaran. Â
Benar...bahwa di awal terasa sulit untuk menerima kenyataan pahit ini. Namun sebagai orangtua, senior dalam profesi, bapak bagi anak-anak serta kakek bagi cucu-cucu, saya harus tegar menerimanya.Â
Saya merasa 'Fit'. Sungguh, sesudah hampir sebulan, secara fisik kondisi saya jauh lebih baik. Boleh dikata saya tanpa gejala. Orang Tanpa Gejala (OTG). Namun saya sadar, ada virus dalam tubuh saya. Ada yang cukup menyarankan isolasi di rumah. Ada juga yang menyarankan harus di rumah sakit. Dua malam saya sulit tidur memikirkan keluarga.
Pagi harinya, saya mengambil keputusan 'masuk rumah sakit' (MRS). Saya jadi mikir anak-anak dan cucu yang sering main ke rumah, kasihan jika terkontaminasi. Saya pun berangkat ke rumah sakit. Gunda di pada awalnya.Â
Siapa sih yang betah tinggal di RS? Pasti tidak ada. Mata sulit dipejamkan pada malam hari. Suara nyamuk saja yang kadang menemani. Ada sedikit kekuatiran, kondisi akan lebih buruk jika terus di RS.Â
Dokter dan perawat yang ada memberikan saran yang sangat bijak. "Bapak masih sehari di sini. Pastilah tidak akan betah." Benar juga. Saya coba untuk menjauhkan rasa egois ini dengan menyadari situasi yang riil. "Seminggu lagi akan kami test ulang." Hiburnya kepada saya.
Dalam kesendirian, di hening malam, saya bertanya pada diri sendiri,:"Betapa berat beban mereka yang seperti saya kondisinya, namun tidak punya dukungan."
Hari ini thank God saya bisa tertawa lebar. Senyum saya lepas. Ratusan dukungan lewat WA, telepon, datang bergantian hingga sulit bagi saya bagaimana harus membalasnya.Â
Tinggal di RS kayaknya tidak istirahat. Pagi-pagi sekali, sudah disuruh bangun dicek tekanan darah. Sesudah itu, habis mandi, dibangunkan suruh sarapan. Usai sarapan mau istirahat, katanya dokter datang. Sesudah dokter datang, mau tidur lagi, eh...petugas laborat giliran mau ambil darah. Usai itu disuruh perawat untuk berjemur sebentar.Â
Ah, mau tidur lagi kayaknya tidak tepat. Siangnya saya fikir bisa istirahat, ternyata dicek lagi tekanan darah, suhu dan pernafasan. Setelah makan siang, saya fikir enak tidur, ternyata ada pergantian dinas perawat, mereka keliling, "Selamat siang pak.....!" Sapa suster-suster jaganya. Demikian seterusnya sampai malam. Tengah malam pun, ada yang nengok." Pasien Corona mendapatkan perlakuan 'khusus'?
Anyway, saya harus kuat dan optimis untuk bisa sembuh. Terlepas dari pentingnya untuk menjaga kesehatan diri, cuci tangan, gunakan masker, jaga jarak dan hindari banyak kerumunan, dukungan keluarga dan teman-teman sungguh sangat berharga serta memberikan kekuatan yang luar biasa. Demikian juga peran doa.