Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Syaifoel Hardy, Perawat Inovator Berkelas Dunia

28 Mei 2020   07:30 Diperbarui: 29 Mei 2020   05:32 2419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agaknya terlalu berlebihan. Sebenarnya tidak. Saya sudah mengikuti sepak terjang seorang Syaifoel Hardy, perawat asal Malang-Jawa Timur, sejak masih kuliah di Aceh, enam tahun lalu. Waktu itu kami ketemu di sebuah event, Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (ILMIKI) di Denpasar, Bali, awal tahun 2014. Dari sana, saya mendapatkan kehormatan, diundang ke Malang untuk melihat dari dekat aktivitas beliau. 

Dari sana awalnya, kemudian saya selalu mengikuti ratusan coretan-coretannya di media sosial. Lebih dari sepuluh buku-buku karyanya yang telah saya baca. Catatan saya berdasarkan fakta. Setahun lebih bersama mengikuti sepak-terjang beliau secara langsung, menjadikan saya tahu apa yang bisa dipetik dari segudang pengalaman dan prestasinya selama meniti karir sepanjang hampir 40 tahun lamanya, di dalam dan luar negeri. 

Ini bukan persoalan senang atau tidak. Setidaknya ada sembilan ulasan di bawah ini, yang mendorong saya sebagai generasi muda profesi keperawatan Indonesia, untuk menempatkan beliau sebagai sosok yang membawa hawa baru. Syaifoel Hardy, Pembaharu Dunia Keperawatan Indonesia berkelas dunia.  

Pendobrak sistem lapangan kerja keperawatan.

Saya tidak pernah melihat seorang senior keperawatan yang segetol beliau dalam mengiklankan professional keperawatan untuk menjadi lebih baik dengan fokus kerja di luar negeri. Beliau sangat fokus arahnya. Yakni mengajak perawat mengisi peluang kerja yang terbentang begitu luas, namun belum banyak dijamah oleh perawat Indonesia. 

Lewat medsos Indonesian Nursing Trainers (INT) dan Suara Perawat (Super), kita bisa melihat catatan-catatan beliau tentang puluhan kiat bagaimana agar bisa bekerja di luar negeri. Beliau selalu mengajak secara aktif bukan hanya untuk bekerja di luar negeri yang menjanjikan masa depan kesejahteraan yang lebih baik. Beliau juga mengajak meniti karir, kuliah sambil bekerja, serta membawa harum nama bangsa di negeri seberang.

Tidak hanya bicara

Sepulang dari Qatar, tahun 2014, beliau aktif dalam kegiatan lembaga yang didirikannya, INT yang berpusat di Malang. Di bawah naungan lembaga tersebut, beliau banyak diundang sebagai pembicara di seminar-seminar, dosen tamu dan event-event pelatihan lainnya, dari Sabang hingga Sumbawa. 

Memang beliau banyak bicara. Namun bukan sekedar bicara. Kalau hanya bicara, banyak orang bisa. Beliau mengarahkan, membimbing, menampung, membantu teman-teman perawat muda yang mencari kerja. Sekalipun fokus lebih banyak ditekankan kepada peluang kerja di luar negeri, tetapi beliau juga membantu mengarahkan untuk maraih kerja di tempat lain, melalui jaringan yang dimilikinya. Baik di rumah sakit, klinik, homecare hingga industri. 

Saya tahu beliau butuh uang dalam kerjanya, tetapi tidak sedikit teman-teman yang juga dibantu tanpa harus bayar. Beliau pernah menjabat sebagai sekaligus pendiri Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) perwakilan luar negeri di Kuwait, Ketua Dewan Penasihat PPNI di Qatar serta beberapa organisasi sosial lain selama di luar negeri (Kuwait, UAE dan Qatar), yang melengkapi catatan perjalanannya, bahwa beliau tidak sekedar bicara.    

Perawat klinisi di dunia Industri di UAE dan Qatar

Beliau tercatat sebagai perawat senior dengan jabatan Chief Nurse di luar negeri. Bukan staf pelaksana. Ini merupakan prestasi yang tidak gampang yang membawa harum nama bangsa sekaligus profesi keperawatan Indonesia di mata dunia. Rata-rata perawat Indonesia berstatus sebagai hanya pelaksana. 

Tidak demikian dengan Syaifoel Hardy. Beliau tercatat sebagai Occupational Health Nurse Supervisor atau Perawat Industri di Dubai Electricity & Water Authority di Dubai (UAE), dan sebagai Chief Nurse Occupational Health di Qatar Petroleum (Qatar). Posisi beliau di sebuah perusahaan oil and gas kelas dunia mematahkan persepsi bahwa selama ini di mana perawat Indonesia hanya jadi pelaksana. 

Saya melihat hampir setiap tahun beliau mendapatkan penghargaan selama di Qatar sejak tahun 2007 hingga 2014. Ini membuktikan bahwa beliau tidak hanya bekerja, namun juga menghadirkan inovasi-inovasi dalam kerjanya sebagai staff yang kreatif. Tanpa prestasi tersebut, mustahil beliau mengantongi penghargaan.

Perawat Multitalented: penulis, trainer, pembicara.

Saya sempat melihat deretan piagam penghargaan terjajar di ruang kerja dan dalam sebuah almari di ruang tengah kediamannya. Syaifoel Hardy merupaka sosok langka. Perawat yang tidak  hanya piawai dalam profesinya, namun memiliki banyak keterampilan lainnya (multi skills). Kala mudanya beliau berani keluar dari PNS zona nyaman yang diburu ratusan ribu perawat saat ini. Beliau berani hadapi tantangan tanpa iming -iming pensiunan. 

Beliau aktif di berbagai kegiatan seni, pernah menyabet juara satu lomba pidato Bahasa Inggris, ikut menari dan menyanyi, kasidah, bahkan saat di Dubai pernah diundang sebagai penceramah dalam event Maulud Nabi. Beliau merupakan sosok yang gemar menulis. Sekitar 18 buku yang saya tahu. Beliau adalah trainer yang handal. Pelatihan tentang komunikasi dan presentasinya di dapat di Dubai dan Qatar. Pelatihan sebagai Trainer diperoleh di Qatar tahun 2008. Tidak heran jika lebih dari 100 kampus keperawatan di Indonesia tertarik mengundangnya. Lebih dari 20 provinsi dikunjuginya, dan itu semua, diundang.

Perawat Klinisi juga Peneliti.

Kalau untuk jadi perawat biasa, ribuan jumlahnya di negeri ini. Tetapi untuk menjadi perawat sekaligus peneliti itu langka. Saya tidak pernah menemui professional keperawatan seperti yang beliau lakukan dalam hal konten penelitian. Saya katakan demikian karena saya pernah diajak langsung ikut terlibat dalam penelitian yang beliau lakukan. 

Di antaranya tentang pendidikan keperawatan, tentang perawat Industri dan tentang Covid-19 baru-baru ini. Yang saya salut adalah, kalau posisi beliau sebagai PNS amat bisa dimengerti, karena dengan penelitian akan memberikan credit point. Namun apa yang beliau lakukan tidak memberikan kredit apa-apa. Inilah yang patut diapresiasi. Meskipun memang, beliau juga memberikan layanan jasa yang dibayar jika diminta untuk membantu melakukan penelitian orang lain.  

dokpri
dokpri
Perawat Pemerhati dan Peduli Profesi.

Syaifoel Hardy bukan pejabat, bukan pengurus organisasi, bukan politisi. Beliau sepertinya tidak ada yang diburu atau dikejar. Saya tidak melihat ada mobil di rumahnya. Akan tetapi soal karya, sepertinya beliaulah orangnya. Ada puluhan artikel beliau yang saya baca. Isinya sarat akan kritikan, usulan serta saran, baik kepada generasi muda, organisasi profesi, lembaga layanan masyarakat, politisi hingga Bapak Menteri Kesehatan RI. 

Tidak lain demi perbaikan generasi muda. Saya tidak melihat satu pun professional senior keperawatan yang pernah memberikan masukan atau kritik sebagai bentuk kepedulian sebagaimana yang ditunjukkan oleh Syaifoel Hardy. Beliau nulis surat terbuka kepada Bapak Prabowo, kepada Bapak Jokowi, juga kepada Bapak Menteri Kesehatan untuk memberikan perhatian kepada perawat dan profesi keperawatan di Indonesia. Beliau memberi masukan karena pernah menjalaninya. Bukan sekedar masukan tanpa ada saran bagaimana menyelesaikan masalahnya. Di antaranya terkait kesenjangan upah, peluang kerja dan kurikulum pendidikan keperawatan Indonesia.  

Perawat Motivator
Buku-buku yang ditulisnya sarat akan motivasi. Yang paling gres adalah Melawan Takdir Nurses. Beberapa karya kondang lainnya yang banyak dimintai adalah Enjoy Nursing yang ditestimoni oleh Duta Besar Indonesia untuk negeri Belanda Ibu Retno LP Marsudi (sekarang Menteri Luar Negeri), From Qatar to Indonesia dengan testimony Bapak Saiful Hadi (Duta Besar Indonesia untuk Qatar), Motivating Nursing, the Sleeping Giant, dan lain-lain.

Mendobrak pintu out of the box.

Syaifoel Hardy orangnya reatistik. Mengedepankan solusi, bukan birokrasi. Misalnya, beliau sangat mendukung adanya sistem registrasi berupa STR (Surat Tanda Registrasi) sebagai surat sakti perawat yang bekerja sebagai praktisi dan klinisi. Akan tetapi harus difikirkan juga perawat yang tidak memiliki STR atau yang punya STR tetapi tidak mendapatkan tempat di RS, klinik atau balai kesehatan. Oleh karenanya yang diusung beliau adalah program Out of the Box. 

Jadi perawat tidak harus bekerja di RS. Perawat seharusnya bisa kerja di mana saja dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Bisa di industri, alat-alat kesehatan, farmasi, layanan kesehatan kontemporer, hotel, dan lain-lain. Saya mengalami langsung saat diajak ikut serta dengan mengundang saya membawakan materi Hipnoterapi. Ini realita, bukan sebatas ide. Pengalaman saya adalah berdasarkan kenyataan dalam mengatasi fenomena yang ada. Beliau lihat, analisa kemudian dicarikan pemecahannya.  

dokpri
dokpri

Peraih penghargaan internasional.

Mungkin karena terlalu banyaknya sertifikat penghargaan yang diperolehnya, sampai kekurangan tempat. Namun saya lihat sendiri. Kalau untuk dalam negeri, barangkali tidak seberapa nilainya. Kenapa saya menempatkan beliau untuk kelas dunia karena penghargaan yang diperolehnya adalah selama bekerja 21 tahun di mana negara. 

Yang paling bergengsi adalah Diapsora Award (Los Angeles 2012), Best Performance Employee (Dubai, 2006), Best Motivator (Qatar, 2012), Long Life Achievement Award (PPNI Qatar, 2014), Best Performance Employee Qatar Petroleum (2009, 2010, 2011) dan Al Hasbah Award (Qatar Petroleum, 2012).  

Ringkasnya, kita membutuhkan sosok perawat-perawat handal sekelas beliau. Bung Karno pernah sampaikan dalam oratornya, :"Beri aku 10 pemuda, niscaya aku gundangkan dunia". Sepertinya profesi kita membutuhkan hal yang sama. "Beri kami 10 perawat muda guna mendongkrak reputasi profesi dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia." 

Syaifoel Hardy, sosok perawat sederhana di Indonesia, dengan segudang karya dan prestasinya sudah sepantasnya berkelas dunia. Ungkapan yang saya tidak akan pernah lupa dari beliau adalah, "Jadilah professional yang luar biasa. Jangan nanggung dan biasa-biasa saja. Prosesnya tidak susah. Justru sangat mudah, asalkan mau serius dan istiqamah. Karena keberhasilan dalam hidup itu tidak harus diraih dengan mengantongi predikat sebagai sang juara."

Malang, 28 Mei 2020
Ridha Afzal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun