"Milzam apa kamu menyembunyikan Anna?" tanyaku dengan nada marah.
"Sayang mari kita duduk. Dan minum ini agar tenang" ucap Milzam sambil memberikan segelas air minum.
Aku tiba-tiba menangis keras sekali sambil memeluk Milzam.
"Jadi di mana Anna.... Milzam?" tanyaku.
"Sayang kamu harus sadar Anna sudah meninggal setahun yang lalu karena kecelakaan" ucap Milzam sambil menitikkan air mata.
"Itu tak mungkin Milzam, tak mungkin..... Tadi sehabis mandi aku mendengar suara Anna berlari kemudian ia masuk kamar dan mengobrol denganku!" ucapku dengan tegas.
Aku membanting semua barang-barang yang ada disekitarku. Emosiku tak terkendali. Sesekali akupun membantingkan barang kearah Milzam. Ia terlihat kesakitan namun aku tak peduli. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di alam bawah sadarku. Rasanya aku ingin terus menerus mengeluarkan emosi.
Milzam tiba-tiba pergi berlari meninggalkanku.
"Milzam aku benci sekali sama kamu. Kamu sudah meninggalkanku sendiri disini. Jangan harap aku akan memaafkanmu Milzam" teriakku sambil membantingkan pot bunga.
Aku menangis begitu keras. Aku tak melihat Melani, mungkin ia takut karena aku membantingkan barang. Namun aku tak peduli.
Milzam tiba-tiba mendekatiku kembali.