Mohon tunggu...
Ricky Santoso
Ricky Santoso Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Semua Jenis Leukosit Dapat Melakukan Diapedesis

25 November 2017   16:35 Diperbarui: 25 November 2017   21:56 4659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Halo para pembaca setia kompasiana sekalian! Kali ini, penulis akan mengupas tuntas sel darah putih dan kemampuan diapedesisnya.

Sel darah putih atau dikenal juga dengan leukosit merupakan sel darah yang berfungsi untuk melidungi tubuh dari infeksi. Sel darah putih merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh kita. Leukosit ini diproduksi oleh sumsunm tulang. Secara normal, jumlah leukosit pada orang dewasa diantara 4000 -- 10000 per microliter darah. 

Leukosit memiliki beberapa sifat, diantaranya

  1. Diapedesis : kemampuan leukosit untuk menembus keluar dari membrane kapiler menuju ke jaringan
  2. Bergerak Amoeboid : kemampuan leukosit untuk bergerak seperti amoeba, sehingga dapat bertambah panjang sampai 3x dari panjang awal dalam 1 menit
  3. Kemotaksis : kemampuan leukosit untuk bergerak mendekati/menjauhi jaringan yang melepaskan zat kimia
  4. Fagositosis : kemampuan leukosit untuk menelan mikroorganisme, benda asing, dan eritrosit yang sudah rusak

Leukosit secara umum terbagi menjadi 5 jenis, yaitu neutrophil, basophil, eosinophil, dan limfosit. Nah kelima jenis leukosit ini dikelompokkan menjadi 2 kelompok, granulosit dan agranulosit. Granulosit adalah leukosit yang memiliki granula/butiran dalam sitoplasmanya, sedangkan agranulosit adalah leukosit yang tidak memiliki granula dalam sitoplasmanya. 

Granulosit

  1. Neutrofil, komposisinya 50-60% dari leukosit memiliki fungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri. Aktifitas dan jasad neutrophil dalam jumlah besar ditandai dengan keluarnya nanah.
  2. Eosinofil, komposisinya 1-3% dari leukosit memiliki fungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi parasit. Kadar eosinophil yang meningkat mengindikasikan banyaknya parasit.
  3. Basofil, komposisinya <1% dari leukosit memiliki fungi sebagai pemberi reaksi alergi dan antigen dengan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.

Agranulosit

  1. Limfosit B dan T, komposisinya 30% dari leukosit. Limfosit B memiliki fungsi sebagai oenghasil antibody, sedangkan Limfosit T memiliki fungsi sebagai penekan antigen dengan menonaktifkan sel.
  2. Monosit, komposisinya 3-8% dari leukosit memiliki fungsi sebagai fagosit kuat, setelah keluar dari sirkulasi darah dikenal dengan sebutan makrofag.

Setelah mengetahui tentang Leukosit, sekarang kita akan masuk ke dalam topic pembicaraan kita, leukosit kana da dua, granulosit dan agranulosit, dari keduanya mana yang dapat melakukan diapedesis? Sebagian orang percaya bahwa yang dapat melakukan diapedesis hanya yang agranulosit. Tapi ada juga yang mengatakan bahwa kedua-duanya dapat melakukan diapedesis, manakah yang benar?

Seperti yang sudah saya sebutkan, diapedesis merupakan kemampuan sel darah putih untuk pindah keluar menembus membrane kapiler menuju jaringan. Kemampuan ini hanya digunakan ketika ada pemicu dari rangsangan. Diapedesis disebabkan karena rangsangan dari jaringan yang terinfeksi. 

Saat kita terluka, akan terjadi infeksi pada jaringan oleh bakteri. Karena luka terbuka sangat mudah untuk dikontaminasi oleh bakteri yang dapat menggerogoti jaringan tubuh tersebut. Sehingga leukosit teraktivasi dan mengirim monosit yang akan meninggalkan pembuluh dengan diapedesis menuju ke jaringan yang terinfeksi dan mengeluarkan protein yang merangsang sel endothelium dalam pembuluh darah. 

Sel endothelium yang terangsang ini membentuk selektin yang mana dapat menarik neutrofil untuk menempel di dinding sel endothelium. Hal ini menyebabkan neutrofil menjadi lambat dalam bergerak, sehingga mengakibatkan pembentukan reseptor integri pada sel endothelium. Sehingga neutrofil dapat menempel pada dinding pembuluh darah. 

Selanjutnya, sel tiang yang terdapat pada jaringan ikat juga terangsang oleh jaringan yang terinfeksi tersebut menyebabkan sel tiang memproduksi senyawa histamin. 

Senyawa histamin merupakan senyawa yang berperan sebagai neurotransmitter, inflamasi, dan yang akan kita bahas adalah dapat meningkatkan permeabilitas darah sehingga menyebabkan hubungan sel endothelium yang satu dengan yang lainnya semakin luas yang pada akhirnya membuat neutrofil yang sudah menempel pada dinding sel endothelium untuk dapat keluar dari pembuluh darah menuju ke jaringan yang terinfeksi. 

Neutrofil tadi kemudian bekerja pada jaringan yang terinfeksi tadi dengan melakukan fagositosis dengan memakan bakteri-bakteri penyebab penyakit pada jaringan yang terinfeksi. Dalam hal ini, dijumpai juga nanah yang merupakan cairan berwarna kuning keputihan yang diakibatkan oleh bakteri. Nanah terdiri dari campuran sel darah putih dan bakteri yang sudah mati akibat inflamasi.

Semua proses di atas adalah respon tubuh terhadap segala antigen juga kerusakan pada jaringan tubuh yang terbilang kecil hingga menengah. Pada tahun 2011, dua orang ilmuwan biologi Phillipson dan Kubes dalam penelitiannya mengenai sistem imunitas, mengatakan bahwa pertahanan tubuh dapat berlanjut bila keadaan jaringan yang terinfeksi telah rusak parah karena bakter-bakteri pathogen yang masuk. Bila neutrofil sudah tidak dapat menjalankan fungsinya dalam fagositosos kuat, monosit yang diawal menjadi sinyal bahwa akan ada antigen yang masuk ke dalam tubuh akan bekerja. Monosit kembali melakukan diapedesis dan berubah nama menjadi makrofag. 

Monosit sebagai fagositosis kuat akan melakukan fagositosis. Namun, bila dalam perjalanan timbul rasa sakit yang berlebihan, maka leukosit akan mengirim basofil untuk membantu proses datangnya monosit ke jaringan terinfeksi. Pada fase ini, terjadi proses inflamasi atau peradangan yang merupakan respon alamiah tubuh terhadap antigen. 

Maka, terbentuklah nanah yang terdapat disekitar jaringan terinfeksi. Nanah yang diakibatkan oleh matinya neurofil tadi akan menghambat kerusakan berkelanjutan pada jaringan terinfeksi. Pada saat terjadi peradangan pada jaringan inilah saat dimana makrofagus akan membawa antigen dan bakteri-bakteri pathogen yang mati ke limfosit T memory. Di dalam limfosit T memory, antigen dan bakteri pathogen yang ditemui berusaha diidentifikasi sehingga dapat menanggulangi kasus infeksi yang sama pada tubuh oleh antigen dan bakteri pathogen tersebut. 

Limfosit T memory hanya bekerja selama rasa sakit masih ada. Setelah limfosit T memori bekerja mengidentifikasi antigen dan bakteri pathogen tadi, limfosit B bekejra dengan menghasilkan antibodi yang berperan merespon antigen dan bakteri pathogen yang sudah diidentifikasi oleh limfosit T memori sehingga dapat menghasilkan kekebalan tubuh humoral. 

Nah, sampai di titik sini, peperangan akan dilanjutkan oleh limfosit T killer yang menurut saya merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh terkuat. Sedemikian kuatnya, limfosit T killer ini sampai menyebabkan sel-sel tubuh lainnya terkena dampak "killer" dai limfosit T jenis ini. Limfosit killer bekerja dengan  mengaktivasi sel mutasi untuk menekan antigen. 

Sehingga, apabila limfosit T killer ini bekerja, menandakan terjadi luka serius yang mungkin disebabkan oleh virus mematikan. Selanjutnya, dampak dari limfosit T killer ini dikendalikan oleh limfosit T supressor agar tidak lepas kendali pengeluarnnya. Pada kondisi normal, peperangan sampai disini sudah berakhir, kecuali pada kondisi-kondisi khusus dimana sistem kekebalan tubuh kita yang diserang seperti HIV/AIDS. Pada akhirnya, seluruh bangkai peradangan yang sudah terjadi dimakan oleh eosinofil melalui fagositosis lemah.

Sebenarnya, dari uraian saya mengenai mekanisme kerja sel darah putih dalam melawan luka, sudah dapat disimpulkan bahwa kedua jenis leukosit dapat melakukan diapedesis, karena saat kita luka, tubuh mengirim monosit dapat diapedesis keluar dari pembuluh darah menuju ke jaringan terinfeksi dan juga merangsang sel endothelium yang memungkinkan neutrofil untuk diapedesis juga keluar dari pembuluh darah. Yang mana kita ketahui bahwa monosit merupakan bagian dari leukosit agranulosit dan neutrofil merupakan bagian dari leukosit granulosit.

Namun, artikel saya tidak akan berenti hanya sampai disini saja, saya akan memberikan bukti-bukti lain bahwa semua jenis leukosit dapat melakukan diapedesis. Kita akan melihat cara kerja dan fungsi dari kelima jenis leukosit tersebut dan melihat apakah masing-masing penyusun leukosit dapat melakukan diapedesis atau tidak.

Pada leukosit granulosit 

1. Neutrofil

Sudah sangat jelas bahwa neutrofil melakukan diapedesis dalam sistem imunitas. Dibuktikan dengan berpindahnya neutrofil dari pembuluh darah menutu jaringan terinfeksi setelah neutrofil menempel pada sel endothelium yang diaktifkan oleh sinyal dari makrofag lewat sitokin. Sehingga neutrofil menempel pada dinding sel endothelium, kemudian basofil mengirim histamin yang menyebabkan meningkatnya permeabilitas darah, sehingga neutrofil dapat diapedesis melalui celah antar sel endothelium.

2. Basofil

Dibuktikan dengan rangsang yang dihasilkan oleh basofil berupa histamin menyebabkan celah antar sel endothelium membuka sehingga neutrofil dapat beraksi untuk melakukan fagositosis. Sehingga dipastikan basofil juga melakukan diapedesis.

3. Eosinofil

Dibuktikan dengan fungsinya sebagai pembersihan sisa dari peperangan melawan antigen dan bakteri pathogen sehingga dapat diduga bahwa eosinofil juga melakukan diapedesis untuk keluar dari pembuluh darah menuju jaringan terinfeksi untuk membersihkan.

Pada leukosit agranulosit

1. Limfosit B

Dibuktikan dengan fungsinya sebagai penghasil antibodi bagi tubuh agar tubuh kebal terhadap antigen dan bakteri-bakteri pathogen yang pernah menyerang tubuh. Sehingga perlu bagi limfosit B untuk menjalankan fungsinya dengan bantuan kemampuan diapedesis.

2. Limfosit T

Limfosit T juga dipastikan dapat melakukan diapedesis karena ditinjau dari fungsinya yaitu limfosit T memory yang berguna untuk mengidentifikasi antigen dan bakteri-bakteri pathogen untuk kemudian dikirim ke limfosit B. Sehingga perlu bagi limfosit T memory untuk diapedesis menuju langsung ke tempat jaringan terinfeksi yang penuh antigen, karena untuk dapat mengidentifikasikan antigen harus keluar dari area peredaran darah kita. Sedangkan limfosit T killer berguna untuk membunuh antigen dan bakteri-bakteri pathogen secara non-selective menon-aktivasi sel disekitarnya, sehingga perlu bagi limfosit T killer untuk keluar dari sistem peredaran darah agar dampaknya tidak terlalu berbahaya bagi tubuh. 

3. Monosit

Sangat jelas bahwa monosit melakukan diapedesis untuk berpindah dari pembuluh darah menuju jaringan ikat sehingga namanya berubah menjadi makrofag. Akibat dari fungsinya sebagai salah satu pertahanan tubuh pertama terhadap antigen dan bakteri-bakteri pathogen dan juga sebagai pengirim sinyal kepada sel endothelium agar neutrofil dapat keluar dari pembuluh darah, maka secara tidak langsung memakssa monosit untuk keluar dari pembuluh darah kapiler menuju ke jaringan yang terinfeksi dan menjalankan kedua fungsi monosit tersebut.

Dengan seluruh rangkaian mekanisme pertahanan tubuh kita terhadap luka yang menyebabkan infeksi oleh antigen dan bakteri pathogen. Dan juga beberapa bukti spesifik yang saya jabarkan per satuan (neutrofil, basofil, eosinofil, limfosit B dan T, dan juga monot) menunjukan bahwa melalui fungsi masing-masing memungkinkan kelima bagian dari leukosit itu dapat melakukan diapedesis.

Sehingga, kembali ke topik yang akan kita bahas mengenai leukosit jenis manakah yang dapat melakukan diapedesis, granulosit atau agranulosit, maka terjawab sudah pertanyaannya. Menurut hasil riset yang saya lakukan di internet, dapat saya simpulkan bahwa kedua-duanya dapat melakukan diapedesis. Terkhusus untuk neutrofil dan monosit yang secara terang-terangan melakukan diapedesis dalam mekanisme pertahanan tubuh yang dilakukan oleh leukosit. Tidak hanya neutrofl dan monosit, namun kelia-limanya dapat melakukan diapedesis.

Sekian artikel saya mengenai leukosit (sel darah merah). Kritik dan saran terus diperlukan untuk kemajuan kualitas penulisan. Sekian dan terima kasih.

Daftar pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Sel_darah_putih

https://en.wikipedia.org/wiki/Basophil

https://id.wikipedia.org/wiki/Histamin

https://id.wikipedia.org/wiki/Nanah

https://id.wikipedia.org/wiki/Neutrofil

https://id.wikipedia.org/wiki/Eosinofil

https://www.deherba.com/sistem-kekebalan-tubuh-bagaimana-caranya-sel-darah-putih-melindungi-anda.html

https://health.howstuffworks.com/human-body/systems/circulatory/blood2.htm

https://en.wikipedia.org/wiki/Leukocyte_extravasation

http://study.com/academy/lesson/erythrocytes-leukocytes-thrombocytes.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun