"Mama ... Papa ... tolooong!" Tidak ada satu pun orang yang mendengar teriakannya, dia berlari dengan kencang mencari pertolongan.
Apa itu aku? Akan tetapi, bagaimana mungkin. Aku tidak mengingat kejadian ini. Aku mengikuti langkah ke arah mana dia berlari.
"Percuma kamu berteriak dan berlari, Naina. Mama Papamu tidak ada di rumah. Hahaha ...."
Wajah mesum yang menjijikan nampak jelas di hadapanku kini. Aku harus apa? Tidak mungkin aku merelakan kesucianku direnggut oleh pria tua, tidak tahu malu.
Perempuan berwajah mirip denganku terus saja berlari, hingga menuju lantai tiga. Tempat aku berada sebelumnya. Sebuah kamar yang nyaris tidak pernah aku masuki. Begitu pun dengan Mama dan Papa. Tidak ada jalan lain selain bersembunyi di situ. Ada sebuah kotak besar yang bisa ditempati bersembunyi.
Aku tahu ini seperti, dejavu. Berada di tempat yang pernah aku datangi. Namun, aku baru mengingat setelah berada di sini lagi. Sekarang aku paham. Perempuan itu aku!
---
Tidak berpikir panjang aku masuk ke dalamnya. Kotak itu berisikan sebuah cermin, agar tidak pecah aku mendekapnya.
Suara gedoran pintu sangat membuat takut, Pak Ahmad berhasil masuk ke kamar tempat persembunyianku. Derap langkah kakinya semakin dekat. Entah bagaimana nasibku selanjutnya.
"Siapa saja, tolong! Aku mohon, siapa pun yang menolongku. Akan kuberikan hadiah yang sangat besar sebagai imbalannya. Aku berjanji!" ucapku sembari berbisik memeluk cermin yang berada di dalam kotak.
Brakkk!