"Naina ...."
Suara itu lagi yang terdengar saat pertama kali membuka pintu kamar. Aku mencari sumber suara tersebut. Kembali pandangan kuedarkan, tertuju pada cermin dari lantai tiga.
Aku mendekati cermin tersebut, lalu menatapnya dengan kagum.
"Sangat cantik," ucapku sembari memegang pahatan demi pahatannya, mengamati dengan saksama kelopak mata indah.
----
Seperti ada asap putih yang mendorongku masuk dalam cermin ini. Ada perasaan lain, membuatku seperti berputar-putar dalam dimensi lain. Oh, tidak! Apa ini semua? Aku pun berada di lantai tiga rumah impianku. Namun, kamar ini kotor sekali. Penuh sarang laba-laba, barang-barang bekas berserakan dan tak terpakai memenuhi tumpukan kardus.
Seketika aku mendengar suara bantingan kasar. Aku mencari sumber suara itu.
Brakkk ...! Suara bantingan barang terempas.
Plaakk! Suara tamparan mendarat di pipi itu.
Whaat! Si--siapa itu? Mengapa wajahnya mirip denganku? Mengapa dia begitu ketakutan.
"To- tolooong, Pak. Janga-an, kumohooon!" Perempuan mirip denganku terus saja memohon, dengan terbata-bata. Berharap pria tua itu berhenti mengejarnya.
Â