Menurut Calvin, kehadiran Kristus dalam Perjamuan Kudus tidak terikat pada unsur roti dan anggur. Kristus sungguh hadir pada perjamuan itu, kristus sendiri, Tuhan yang hidup. Tetapi sejak kenaikan-Nya ke Surga, tidak lagi kita mengenal Kristus menurut ukuran manusia (2 Kor. 5:16). Yang kini bertindak selaku Tuhan adalah Roh Kudus [9](2 Kor. 3:17). Dengan kata lain sesudah Pentakosta, kehadiran Kristus adalah kehadiran-Nya di dalam dan dengan perantaraan Roh Kudus (dengan tidak melupakan, bahwa Roh Kudus bersama-sama dengan Sang Bapa dan Anak) dan kehadiran-Nya itu kita alami "di dalam percaya". Di dalam percaya, kita yakin bahwa "isi" yang disampaikan kepada kita dalam "bentuk" tanda-tanda ini (roti dan anggur) adalah bahwa sungguh-sungguh kita ambil bagian dalam tubuh dan darah Kristus, artinya bahwa kita dijadikan satu dengan Dia di dalam kematian serta kebangkitan-Nya[10].
Kehadiran Kristus dalam perjamuan Kudus bukanlah secara jasmaniah atau bukan tubuh kristus yang jasmaniah itu yang dimakan. Dengan kata lain roti dan anggur tidak berubah menjadi darah dan tubuh Kristus, tetapi roti dan anggur tetap sebagaimana adanya. Jadi roti dan anggur hanya alat-materi untuk menyatakan kehadiran Kristus, dengan kehadiran Kristus maka manusia dan Allah bersekutu. Dengan demikian kehadiran kristus menurut Calvin sebagai polemik ajaran trasnsubstansiasi dan consubstansiasi. Ajaran Calvin tentang kehadiran Kristus disebut dengan istilah "Praesentia Realis" (kehadiran sungguh-sungguh). Dengan demikian Kristus tidak terikat pada transubstansiasi atau consubstansiasi. Kehadiran-Nya adalah suatu rahasia sehingga tidak dapat ditangkap dengan akal atau tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
3.2. Buah Sakramen Perjamuan Kudus
Melalui Perjamuan Kudus manusia diyakinkan bahwa dia tumbuh menjadi satu tubuh dengan Kristus. Dengan demikian segala sesuatu yang adalah kepunyaan Dia boleh kita namakan kepunyaan kita. Melalui Perjamuan Kudus manusia diyakinkan bahwa kehidupan kekal yang telah diwarisinya menjadi milik manusia dan bahwa Kerajaan Sorga yang telah dimasuki-Nya tak dapat luput dari manusia sebagaimana tak dapat luput dari Dia. Manusia boleh yakin juga bahwa manusia tidak dapat dihukum karena dosa-dosanya, manusia telah bebas oleh-Nya dari kesalahan yang merupakan akibat dari dosa-dosa sebab Dia menghendaki supaya dosa-dosa itu diperhitungkan kepada-Nya seakan-akan dosa-Nya sendiri. Dia telah membuat manusia menjadi anak-anak Allah bersama Dia, dengan turunnya Dia ke bumi Dia telah merintis jalan bagi manusia untuk naik ke Sorga, dengan menerima kelemahan manusia, kita dikokohkan-Nya dengan kekuatan-Nya[11].
Lebih jelasnya Perjamuan Kudus merupakan tempat Dia menawarkan diri-Nya kepada kita, bersama seluruh harta-Nya dan kita menerima Dia melalui iman. Dia menawarkan tubuh-Nya yang disalibkan itu kepada kita melalui Firman supaya kita mendapat bagian di dalamnya dan pemberian itu dimateraikanNya dengan rahasia Perjamuan Kudus.
3.3. Roti dan Anggur sebagai Makanan dan Minuman Rohani
Di dalam perayaan Perjamuan Kudus, Calvin menjelaskan bahwa harus diyakini dengan pasti semuanya itu benar-benar diperlihatkan kepada kita seakan-akan Kristus sendiri hadir dan dipertontonkan kepada mata kita serta diraba oleh tangan kita. "Ambillah, makanlah, minumlah, inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu, inilah darahKu yang ditumpahkan untuk pengampunan dosa" (Bnd. Mat. 26:26-28 dan 1Kor. 11:24). Dia memerintahkan supaya mengambil, diberitahukanNya bahwa itu adalah kepunyaan kita, dengan memerintahkan kita supaya makan ditunjukkanNya bahwa yang kita makan itu akan menjadi satu substansi dengan kita. Dengan menyatakan bahwa tubuh-Nya telah diserahkanNya bagi kita dan bahwa darahNya telah ditumpahkan bagi kita diajarkanNya bahwa tubuh dan darah itu lebih merupakan kepunyaan kita daripada kepunyaan Dia sebab tubuh dan darah itu telah ditanggalkanNya demi keselamatan manusia[12].
Tubuh dan darah Kristus digambarkan kepada kita dengan roti dan anggur supaya kita belajar bahwa tubuh dan darah itu menjadi kepunyaan kita bahkan diperuntukkan kepada kita sebagai makanan kehidupan rohani. Dengan demikian, bila roti diberikan kepada kita sebagai lambang tubuh Kristus maka segera harus kita pahami sebagaimana roti memupuk, memelihara dan menguatkan kehidupan kita, begitu pula tubuh Kristus merupakan satu-satunya makanan yang dapat mengasuh dan menghidupkan jiwa kita. Bila anggur dijadikan sebagai lambang darah-Nya maka harus diingat apa gunanya anggur itu bagi badan kita supaya dapat kita pikirkan bahwa kegunaan yang sama itu diberikan pula kepada kita secara rohani oleh darah Kristus yaitu mengasuh, menyegarkan, menguatkan dan menggembirakan.
IV. TINJAUAN ETIS
Perjamuan Kudus merupakan makanan yang tak habis-habisnya yang diberikan Kristus sebagai makanan rohani kepada keluarga besar orang-orang percaya yang merupakan milik-Nya. Dengan demikian sebaiknya Perjamuan Kudus dibagi-bagikan berulang kali supaya orang-orang yang telah diterima ke dalam gereja mengerti bahwa mereka senantiasa diberi makan oleh Kristus dan melalui perjamuan itu bersekutu dengan Allah. Gereja sebagai persekutuan orang-orang kudus (communio sanctorum) menunjukkan adanya partisipasi aktif di dalam setiap proses perkembangan dan pertumbuhan persekutuan. Gereja disebut sebagai persekutuan orang-orang kudus karena telah bersekutu dengan Yesus melalui Sakramen Perjamuan Kudus. Artinya setiap pribadi berpartisipasi aktif menerima dan membagi-bagikan "tubuh dan darah Kristus" yaitu penebusan, pengampunan dosa.
Semua orang yang ingin mengikuti Perjamuan Kudus haruslah lebih dahulu menerima pelajaran tentang pokok ajaran-ajaran Kristen dari dalam Firman Allah. Gereja harus menggunakan cara mengajar yang dianggap paling cocok untuk pembangunan jemaat. Supaya Perjamuan Kudus dapat terselenggara demi penghiburan maka setiap yang akan menerimanya perlu benar-benar menguji diri lebih dulu. Apakah dia layak atau tidak menerimanya. Bagi setiap orang yang menerima Perjamuan Kudus akan dipersatukan dengan Kristus yang sungguh kudus dengan demikian kitapun sama seperti Dia menjadi kudus oleh-Nya.