Mohon tunggu...
Ricky Pramono Hasibuan
Ricky Pramono Hasibuan Mohon Tunggu... -

Semangat dan Yakin pada TUHAN

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perjamuan Kudus Menurut Johanes Calvin

6 Februari 2011   08:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:51 9638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MAKNA PERJAMUAN KUDUS MENURUT JOHANES CALVIN DAN IMPLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

I. PENDAHULUAN

Salah satu unsur terpenting dari perayaan-perayaan Kristen adalah Sakramen Perjamuan Kudus. Perjamuan Kudus merupakan suatu ibadah Kristen yang penting yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus sendiri (1 Kor. 11:24-25; Mat. 26:26-27). Di dalam sejarah Gereja telah banyak diperdebatkan tentang Sakramen Perjamuan Kudus. Banyak persoalan yang timbul yang menjadi pertanyaan tentang Sakramen Perjamuan Kudus itu sendiri, seperti: bagaimana mengartikan perkataan Tuhan Yesus "Inilah tubuhKu" dan "Inilah darahKu", dengan cara bagaimanakah Kristus hadir, apakah Kristus hadir secara rill, juga Apakah roti dan anggur berubah atau tidak? Pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang sering muncul.

Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, maka manusiapun berusaha semakin jauh untuk menelusuri secara mendalam bagaimana sebenarnya Sakramen Perjamuan Kudus. Oleh karena itu timbullah berbagai ajaran dari berbagai aliran yang membahas secara mendalam bagaimanakah Perjamuan Kudus itu sebenarnya, apakah yang ada dalam (isi) Perjamuan Kudus tersebut. Salah satu dari aliran tersebut yaitu aliran Calvinisme.

Johanes Calvin lahir pada tanggal 10 Juli 1509 di Noyon-Prancis Utara. Dia adalah seorang Sarjana Hukum tetapi mulai tahun 1533 dia berminat pada ilmu teologi karena pada waktu itu dia merasa terpanggil untuk menjadi pelayan Allah. Sejak tahun 1524 ketika ia belajar ilmu hukum di Orleans Prancis, dia telah berjumpa dengan seorang pengikut Luther dan dia tertarik pada Reformasi Luther kemudian menjadi salah seorang pengikut Luther.[1] Calvin meninggal pada usia 54 tahun yaitu pada tanggal 27 Mei 1564. Istilah Calvinisme pertama kali dipakai oleh orang-orang Lutheran sebagai nama ejekan untuk orang-orang Reformed, juga dipakai kalangan Reformed sendiri untuk menyebut orang yang terlalu setia dengan ajaran Calvin.

Penyaji berharap melalui sajian ini, bahwa tidak mungkin menjelaskan semua seluk-beluk pertikaian mengenai Perjamuan Kudus di sajian ini. Hanya perlu diketahui beberapa garis-garis besar untuk mengerti pemahaman Calvin tentang Perjamuan Kudus.

II. TINJAUAN HISTORIS

2.1. Latar Belakang Munculnya Perjamuan Kudus

Ritus Perjamuan dalam tradisi Israel kuno dilakukan untuk menghayati perbuatan Allah yang melepaskan nenek moyang mereka dari perbudakan di Mesir (Ul. 16:1 dyb)[2]. Perjamuan itu mereka namakan Pesakh (Paskah) artinya "berlalu" atau "melewati". Dalam Kel.12:13, Tuhan berjanji bahwa hukuman-Nya akan berlalu pada pintu-pintu yang diberi tanda dengan darah anak domba. Dalam tradsisi PB, Perjamuan berasal dari Perjamuan yang diadakan Tuhan Yesus beserta murid-muridNya pada malam Ia ditangkap untuk disalibkan (1 Kor. 11:23 dyb, Mrk, 14:22; Mat 26:26; Luk 22:14). Ketika Yesus mengambil roti memecahkannya serta memberikannya kepada murid-murid-Nya, sambil berkata: "Inilah tubuhku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku" (1Kor. 11:24). Ia berkata; "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimateraikan oleh darah-Ku, perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku" (1 Kor. 11:25). Oleh karena itu Perjamuan Kudus menghadapkan kepada kematian Yesus dan kebangkitan-Nya yang telah nyata, bahwa kematian-Nya itu telah menerbitkan keselamatan bagi yang mempercayainya[3]..

2.2. Pandangan Gereja Katolik terhadap Perjamuan Kudus

Menurut gereja Katolik roti dan angur telah berubah menjadi tubuh dan darah Kristus (transsubstansiasi) pada saat ditahbiskan (konsekrasi) dalam pelaksanaan Perjamuan Kudus. Setiap Perjamuan Kudus dilakukan diyakini bahwa setiap kali Yesus mengorbankan ulang tubuh dan darah-Nya untuk keselamatan manusia berdosa. Pada konsili ke-4 di Lateran (1215), ajaran transsubstansiasi disahkan menjadi dogma gereja. Ajaran ini kemudian dikembangkan oleh Thomas Aquino (1274). Di konsili Terente (1545-1563) diteguhkan dan dikuatkan ajaran transsubstansiasi sebagai jawaban gereja Roma Katolik atas Reformasi[4].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun