Entah satu kali, dua kali, atau tiga kali
Kepergianku selalu saja membawa tanya yang mengganjal akal
Pertanyaan yang menggetar di dada
Begitu menjalar dan mendesak mencari jalan keluar
Akhirnya engkau berikan apa yang aku mau
Pertanyanku telah kau jawab pula
Bahwa ternyata kita pernah sama-sama saling merasa.
Bahwa aku telah salah menilaimu
Bahwa aku hanya tak mampu berkata terbuka
dan tanpa sadar, akhirnya aku benar-benar jatuh padamu
Jatuh yang sejatuh-jatuhnya.
Astaga!
Keangkuhanku mendadak runtuh.
Kuhapus lagi segala tuduh
Namun semua terlambat
Kukira diam adalah emas, nyatannya diam tetaplah diam
Sukmamu pergi bersama segala kesumat
Dan aku??
Berdarah ditikam masa silam
Tuhan telah menunjukan surga diawalnya
Tapi aku masih saja tak percaya
Hingga Tuhan mengganjar segala dosa
Waktu tak mungkin bisa kompromi
Waktu juga tak bisa kusogok untuk kembali
Daya waktu begitu cepat
dan aku tertinggal dibelakangnya
Tinggal nama tinggal cerita
Akhirnya, aku akhiri suratku ini
Sebagai tanda cintaku
Telah kubuatkan sajak untukmu
Karena begitulah sejujurnya yang ingin aku sampaikan
.
.
.