Sementara itu kandidat-kandidat yang diusung hanya berkonsentrasi untuk mendulang suara terbanyak dan mengabaikan edukasi politik. Partai politik juga tidak lagi membina kader muda untuk serius membawa ideologi partai dalam jangka panjang.Â
Mereka hanya ingin mencari jalan pintas dengan memburu calon legislatif (caleg) yang populer. Kader-kader terbaik yang memiliki kapasitas untuk bekerja, namun tidak populer, perlahan akan tersingkir dari lingkaran partai dan diganti oleh figur-figur terkenal yang terkadang belum tentu bisa bekerja dengan baik.
Bukan hanya itu, para caleg yang memiliki kekuatan modal finansial akan menguasai panggung ini untuk membatalkan kecerdasan memilih masyarakat pemilih. Tidak mengherankan bila di parlemen saat ini banyak wakil rakyat memiliki kekayaan di mana-mana namun kurang mampu merepresentasikan kepentingan rakyat.
Ulasan sisi gelap Proporsional Terbuka di atas adalah kegelisahan kita bersama namun tidak serta merta merontokkan semangat memilih kita. Kita juga tidak boleh hanya gelisah dan meratapi kekurangan sistem ini, melainkan harus kreatif mencari bahan untuk menutupi kekurangan yang ada.Â
Menurut saya ada beberapa komponen dalam sistem ini yang perlu merevitalisasi diri dan serentak mengubah peran menjelang Pemilu 2024 ini.
Pertama; Masyarakat Pemilih. Konsekuensi  dari ditetapkannya Proporsional Terbuka adalah dihasilkannya para pemimpin yang benar-benar hasil pilihan rakyat. Hal ini karena rakyatlah yang menentukan para pemimpinnya secara langsung.
Faktor utama yang menentukan hasil pemilu rakyat adalah tingkat kemampuan rakyat atau pemilih dalam melihat, mengamati, hingga memilih para calon yang berkualiatas dan benar-benar amanah.Â
Rakyat harus benar-benar bisa membedakan mana calon yang hanya mengumbar janji belaka, membagi-bagi uang, dengan calon yang benar-benar mau bekerja untuk rakyat.Â
Konsekuensi logisnya bahwa seburuk apapun pemerintah/wakil rakayat adalah hasil pilihan rakyat, rakyat yang merusak nasibnya sendiri apabila menyerahkan kewenangannya kepada orang-orang yang salah.
Kedua; Partai Politik. Meskipun kita akan menggunakan Proporsional Terbuka namun itu tidak berarti menghilangkan peran partai politik. Partai politik tetap memiliki kewenangan untuk mengajukan caleg sesuai dengan keinginan, tak peduli disukai masyarakat atau sebaliknya.Â
Dalam konteks ini, partai politik sangat mungkin merekrut para caleg yang loyal terhadap partai sehingga mudah dikendalikan. Cara rekrutmen seperti ini yang membuat masyarakat pemilih tak ada pilihan lain selain memilih yang buruk dari semua yang terburuk.Â