RPO merupakan cikal bakal minyak goreng (80%) produk akan jadi, hanya tinggal ditambahkan dengan aditif sesuai formulasi industri. RPO memiliki ikatan rangkap (hidrokarbon tidak jenuh) yang lebih banyak dari RPS, sehingga wujudnya cenderung berwujud liquid.Â
Sedangkan RPS memiliki banyak ikatan jenuh, sehingga pada penampakan fisiknya RPS adalah minyak yang gampang memadat.Â
RPS ini nanti yang masih akan dikelola lagi melalui proses hidrogenasi dan juga texturizing sehingga didapatkan olahan palm stearin yang sudah terhidrogenasi dan didapatkan shortening maupun margarin yang sesuai dengan teksur yang ditentukan.Â
Selain itu, di perusahaan yang mutakhir, olahan stearin juga bisa digunakan sebagai bahan baku pengganti cokelat atau CBS. Yang mana biasanya dinikmati masyarakat dalam bentuk cokelat putih beserta modifikasi yang lainnya.
Pada kesimpulannya adalah bagian dari olahan minyak sawit yang sudah siap digunakan adalah hasil dari refinasi dan fraksinasi yaitu berupa kandungan olein dan stearin.Â
Dua kandungan oleokimia tersebut merupakan kandungan yang banyak dibutuhkan dalam dunia edible food.Â
Selain karena kandungannya yang unik, kedua kandungan tersebut juga memiliki sifat fisik yang memudahkan produsen untuk memodifikasi olahan edible food pengembangannya. Demikian sedikit pengalaman dari saya, semoga bermanfaat  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H