Naiknya harga minyak goreng menjadi sorotan utama media massa di akhir-akhir ini. Harga minyak goreng yang sebelumnya bisa dijangkau berkisar 14 ribu per liter, saat ini bisa naik hingga 21 ribu per liternya.Â
Walaupun beberapa kali terdapat wacana penstabilan harga minyak goreng oleh pemerintah yang bekerja sama dengan industri terkait, namun kebijakan tersebut masih terkesan alot untuk dilaksanakan.Â
Mengingat, salah satu faktor penting dari produksi minyak goreng yaitu crude palm oil (CPO) harganya mengalami peningkatan yang cukup signifikan diduga juga adanya faktor mulai tertariknya eropa terhadap komoditi hasil sawit tersebut.
Terlepas dari trending topik tersebut, sebenarnya cukup menarik apabila kita memerhatikan proses pembuatan minyak goreng yang pada proses industrinya, tidak hanya minyak goreng yang dihasilkan tetapi banyak produk turunan yang dapat dihasilkan bergantung pada teknologi yang digunakan.Â
Pada umumnya, proses pembuatan minyak goreng dari industri satu ke industri yang lain adalah hampir sama, yaitu kuncinya adalah pada proses refinasi dan fraksinasi. Kedua proses tersebut yang membuat setiap industri minyak goreng memiliki fasilitas berupa "refinery" dan "fractionation".Â
Sumber kelapa sawit yang digunakan tidak sembarangan, mayoritas adalah bagian dari daging buah sawit yang kemudian minyaknya disebut sebagai crude palm oil (CPO), sedangkan untuk bijinya, istilah minyak yang diambil adalah crude palm kernel oil (CPKO).Â
Sempat juga pada 2019 yang lalu, CPO yang berasal dari olahan minyak sawit dikenalkan oleh Indonesia kepada dunia, namun naas saat itu Uni Eropa menjadi fraksi yang menolak keras lantaran dalih deforestasi.Â
Akan tetapi, dengan semangat ilmuwan bangsa yang berinovasi dengan CPO tersebut yang kemudian mengenalkan biodiesel, bioavtur hingga dewasa ini CPO sawit melambung harganya dalam perdagangan internasional.
Pada proses pembuatan minyak goreng, CPO adalah bahan utama yang digunakan karena memiliki banyak terdapat ikatan rangkap hidrokarbon sehingga membuat kondisi minyak yang digunakan tidak jenuh dan baik dalam penggorengan, sedangkan CPKO jarang dilibatkan dalam pembuatan minyak goreng karena dalam kandungannya cenderung lebih jenuh ketimbang CPO.Â
Pada proses yang lebih kompleks lagi, CPKO dimanfaatkan untuk bahan penyusun margarin dan edible food lain. Awalnya, CPO yang diperoleh dari pabrik Mill kelapa sawit akan terlebih dahulu dilakukan proses "Degumming", yaitu proses penghilangan ikatan fospatida dan logam-logam yang mengotori CPO.Â
Proses tersebut juga bisa disebut sebagai proses penghilangan getah pada crude palm oil yang akan digunakan. Proses degumming pada umumnya dilakukan menggunakan larutan asam, baik asam bronsted maupun asam lewis dalam kimia pada kadar yang ditentukan.Â