Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengurai Makna Kata Palango pada Bahasa Jawa Dialek Pekalongan

30 Juni 2024   03:51 Diperbarui: 30 Juni 2024   11:20 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Euforia akhir pekan masyarakat Pekalongan (sumber gambar: dokumen pribadi)

Telinga orang Pekalongan tentu tak asing dengan kata "palango". Dalam ujaran sehari-hari, kata ini kerap diucapkan komunikator (penyampai pesan) untuk memberi peringatan kepada komunikan (penerima pesan) yang akan melakukan suatu tindakan. Entah mau pergi ke rumah teman, ke pasar, berangkat sekolah/kampus, menghadiri acara, dll.

Contoh:

Langité mêndhung, payungé palango gawa
Langit mendung, payungnya jangan lupa dibawa

Lawangé sakpalango disosi, mbokan klayah
Pintunya dikunci, siapa tahu ketiduran

Mangkaté palango digasiki, mbokan macèt dalan
Berangkatlah lebih awal, siapa tahu jalan macet

Pada konteks lain, kata "palango" juga dapat dimaksudkan untuk menyampaikan sebuah nasihat. Akan tetapi, nasihat yang disampaikan lebih mengarah pada sesuatu yang jauh di masa depan. Dengan begitu, kata "palango" boleh dibilang sebagai ungkapan yang visioner.


Contoh:

Palango luru sangu sing akèh sakdurungé ndéhwé mulih ning ngarsané Gusti Allah
Carilah bekal sebanyak mungkin sebelum kita pulang ke rahmatullah

Ngajiné palango disrêgêpké manèh bèn kêna nggo sangu ning akhèrat
Tingkatkan lagi ngajinya untuk bekal kelak di akhirat

Tapi, tahukah Anda darimana asal-usul kata "palango"?

Dari aspek bahasa, "palango" terbentuk dari kata (dalam bahasa Jawa disebut tembung) "palang" yang diberi akhiran/sufiks (dalam bahasa Jawa disebut panambang) "-o". Bentuk kata "palango" juga dapat dikategorikan sebagai gabungan kata. Tepatnya, gabungan kata terikat. Mengapa bisa begitu? Karena dua unsur pembentuknya memiliki kelas kata yang berbeda. "Palang" merupakan kata (tembung). Sementara "-o" merupakan partikel atau akhiran/sufiks (panambang).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun