"Baik pak. Dirusun putra atau digedung C lantai 2," balasnya lagi.
Dengan sedikit menahan rasa kesal, saya balas saja, "Manut deh." Saya kesal, karena saya pikir sejak awal saya sudah memberikan keterangan yang jelas. Bahwa dengan segudang aktivitas yang saya jalani beberapa hari ini, saya butuh waktu untuk beristirahat. Akan tetapi, keterangan itu terasa sia-sia saja.
Malah, ia masih saja memberikan tawaran kepada saya, "Misalnya kalo ruang meeting rusun."
"Monggo," jawab saya singkat. Karena, saya tak mau bertele-tele. Sekaligus untuk memotong pembicaraan. Apalagi saya masih dalam perjalanan.
Pukul 18.25, saya baru saja tiba di rumah. Belum sempat mandi, belum pula sempat beristirahat. Mahasiswa yang satu ini kembali berkirim pesan. Bunyinya, "Udah saya tunggu kehadiran pak ribut."
Saya biarkan saja. Tak saya balas. Badan saya masih lelah, lengket oleh keringat. Saya masih butuh sebentar untuk merebah. Lucunya, ini anak kok sudah seperti pejabat aja nih. Main nunggu kehadiran segala. Lha yang butuh siapa?
Baru sekitar 29 menit berikutnya, saya balas pesan mahasiswa itu, "Sebentar yaaa. Saya baru sampai rumah dari Ciamis. Sehabis isya saya ke situ."
Enam menit berikutnya, ia membalas, "Ok bos."
Bas bos bas bos, bos nd*smu! Sejak kapan saya jadi bosmu? He he he.... Biar begitu, saya paham, balasan itu ingin menunjukkan sikap yang dekat. Saya sih tak memasalahkan sapaan bos itu. Tetapi, saya agak mangkel saat itu. Sebab, saya tak kenal-kenal akrab dengan mahasiswa itu. Ditambah, kondisi badan yang juga sedang lelah-lelahnya.
Saya abaikan saja pesan yang barusan. Saya mandi. Lalu, sebentar merebah. Baru pukul 19.47 saya siap meluncur ke lokasi. Tetapi, saya mesti sebentar mampir ke tempat lain terlebih dahulu. Ke Warung Sebeh untuk makan malam dan sebentar menjumpai teman.
Usai sedikit berbincang, saya pamit dan segera menuju ke Rusunawa di bilangan jalan Singasari. Menemui mahasiswa yang rasa bos itu. Ia mewawancaraiku dengan pertanyaan yang tidak jelas maksud dan tujuannya. Saya sampai menanyakan, sebenarnya apa yang dikehendaki dari wawancara itu. Ia sendiri juga tak paham.