Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Bahasa dan Kecerdasan Manusia

10 Oktober 2023   23:54 Diperbarui: 30 Oktober 2023   16:26 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kapal pesiar. (Sumber: Dok. Shutterstock via kompas.com)

Di tengah-tengah perjalanan sebuah kapal pesiar, secara tiba-tiba ombak bergulung dahsyat menghantam bagian depan kapal itu. Tak pelak, kapal itu terguncang. Orang-orang di dalam kapal terkejut. Mereka saling pandang dan bertanya-tanya, apa gerangan yang tengah menimpa kapal mereka.

Tak berselang lama, terdengar suatu kabar yang disiarkan melalui pelantang suara yang terpasang di beberapa sudut ruang dan koridor kapal pesiar yang mewah itu. Dari corong pelantang suara awak kapal itu terdengar begitu tenang. Seolah-olah tak ada sesuatu hal yang merisaukan.

"Mohon perhatian. Seluruh penumpang kapal, bahwa guncangan kapal yang terjadi beberapa menit lalu hanya masalah teknis. Salah satu baling-baling kapal terganggu oleh ganggang yang tumbuh liar di laut. 

Untuk saat ini, kondisi baling-baling telah kembali normal setelah kami memperbaikinya. Sekali lagi, kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. 

Kami berharap agar seluruh penumpang kembali tenang dan silakan menikmati kembali perjalanan liburan Anda bersama kami Dewa Ruci ekspress." Demikianlah suara awak kapal itu terdengar.

Setiap kata yang diucapkan awak kapal itu tak satupun terdengar tekanan. Nada suaranya begitu datar, seolah ingin menunjukkan sikap santun. Ucapan sang awak kapal itu begitu menenangkan bahkan terasa demikian teduh.

Dari setiap kata dan cara pengucapannya, patut diduga bahwa awak kapal itu adalah orang yang terlatih dan memiliki intelektual yang cukup tinggi. Bagaimana tidak, kapal pesiar mewah tempatnya bekerja itu hanya ditumpangi oleh orang-orang berkelas. 

Rata-rata, mereka adalah para pebisnis papan atas, pejabat pemerintahan yang memiliki posisi sangat penting, politisi senior yang intelek, juga kaum pemikir kaliber dunia. 

Bagi awak-awak kapal atau pekerja kasar di kapal, mereka itu dianggap sebagai jenis orang-orang yang cukup "merepotkan". Apalagi kalau sampai mereka mengadu. Bisa muncul masalah besar yang berakibat buruk pada nasib awak-awak kapal.

Pernah suatu ketika, seorang awak kapal di-PHK oleh perusahaan hanya karena menumpahkan minuman pada jas seorang asisten menteri. 

Asisten itu marah-marah dan tak sudi menerima permintaan maaf si awak kapal. Bahkan menolak permintaan maaf dari wakil perusahaan yang berada di dalam satu kapal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun