Sempat juga akan didirikan semacam galeri. Tujuannya, sebagai ruang pamer produk canting khas Landungsari. Tapi, hingga saat ini kabar mengenai galeri itu seperti kehilangan gaungnya. Mungkin, saking padatnya lalu lintas di kawasan jalan utama yang membelah kampung Landungsari, sehingga suara deru mesin lebih riuh memenuhi telinga.
Ya, inilah Kampung Canting yang begitu sibuk. Di kampung ini Anda bisa membeli canting-canting bikinan para pengrajin canting kampung ini. Harganya variatif. Bergantung tingkat kerumitan motif yang dipesan, kualitas produk, dan bahan pembuatnya. Jadi, Anda bisa menyesuaikan budget yang Anda sediakan.
Anda bisa memilih pengrajin canting mana yang akan Anda datangi. Baik untuk memesan produk canting maupun diajak kerja sama. Nah, untuk urusan kerja sama Anda bisa saja melakukan tawar-menawar harga dan lain-lain dengan yang bersangkutan.
Tapi, maaf kalau Anda datang untuk menanyakan banyak informasi mengenai kerajinan canting di kampung ini, saya tidak menyarankannya. Mengapa? Karena informasi itu boleh jadi tidak akan lengkap dan tidak akan tuntas.
Sekalipun dinamai Kampung Canting, informasi mengenai asal-usul canting saya yakin tidak akan Anda temukan. Paling-paling sebatas pandangan subjektif dari para pengrajin canting itu sendiri. Itu pun belum tentu mampu menceritakan dengan terperinci.
Jangan heran pula, jika Kampung Canting yang semula dikukuhkan sebagai salah satu destinasi wisata pun tak tertata dengan cukup baik. Pemandangan yang Anda dapatkan tak lebih seperti kampung-kampung pinggiran kota lainnya. Rumah yang berdesak-desakan. Kampung-kampung padat dengan udara yang cukup membikin dada sesak.
Ornamen-ornamen yang menunjukkan identitas Kampung Canting di sini juga tak terlalu tampak menonjol. Hanya ada di beberapa titik. Itu pun kurang memperlihatkan identitas yang kuat.
Ya, begitulah keadaannya. Tetapi, jangan ditanya mengapa hal itu bisa terjadi. Saya tentu tidak akan bisa menjawabnya secara tuntas. Sebab, ada banyak pihak yang memiliki kaitan dengan pengukuhan kampung Landungsari ini sebagai Kampung Canting.
Yang saya pahami, ketika mengikuti Musyawarah Rencana Pembangunan di Kelurahan Noyontaansari beberapa tahun silam, saya sempat menanyakan tentang program Kelurahan yang mendukung program Kampung Canting ini.Â
Jawaban yang diberikan saat itu sungguh di luar dugaan. Bahwa ternyata, Kampung Canting belum menjadi bagian dari program pembangunan kelurahan. Katanya, Kampung Canting di Landungsari merupakan program yang secara vertikal langsung menginduk pada dinas terkait.
Ya ya ya... begitulah. Mendapati jawaban itu saya geregetan. Sebab, saya pikir, program sebagus ini mestinya dapat melibatkan banyak elemen masyarakat. Sehingga, dukungan terhadap Kampung Canting sebagai salah satu destinasi wisata pun bisa dijalankan secara komprehensif.