Sementara yang buruk, cukuplah menjadi pengetahuan tanpa harus turut menjelek-jelekkan yang sudah lewat.
Kalaupun kita memiliki cukup pengetahuan tentang hal-hal buruk dari masa lalu, mestinya kita tempatkan sebagai bagian dari ikhtiar kita untuk mengoreksi diri kita. Mengevaluasi diri kita, agar kita tidak sampai mengulangi perihal yang sama. Atau sekurang-kurangnya menjadi semacam peringatan agar kita siap menghadapi kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi di masa yang akan datang.
Selain itu, dengan cara yang dilakukan oleh kedua ahli sejarah Islam ini, kita mendapatkan pemahaman, bahwa menghargai masa lalu itu lebih utama dibandingkan memberikan gambaran buruk atas masa lalu. Sebab, dengan cara ini pula, sikap optimis dapat dibangun demi mewujudkan peradaban yang jauh lebih baik dan lebih maju.
Wallahu a'lam bish-shawab,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H