Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cleopatra dalam Catatan Cendekiawan Arab

1 Agustus 2022   16:12 Diperbarui: 10 Agustus 2022   00:22 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: kompas.com

Dan, ketika Cleopatra berkuasa, Mesir diambang kehancuran. Cleopatra adalah Ratu Mesir terakhir.

Dalam beberapa catatan yang ditulis oleh pengarang-pengarang Arab, citra Ratu Mesir yang terakhir ini sangat berbeda dengan pandangan Barat. Cleopatra atau dalam bahasa Arab disebut Qilbarah, Qalbarah, atau Kilyubarah, merupakan putri dari Ptolemy (Balms). Ia memerintah Mesir selama dua puluh tahun, setelah ayahnya mangkat.

Umumnya, catatan-catatan itu menunjukkan, jika Cleopatra adalah seorang ratu yang bijaksana. Ia adalah seorang filsuf perempuan. Konon, ia juga dikenal sebagai seorang ahli matematika yang ulung, ahli juga di bidang kimia. 

Bahkan, keahliannya di bidang kimia inilah yang membuat Mesir sangat dikenal dengan wewangian parfum alami. Dengan kecakapannya di bidang kimia, dikisahkan pula jika Cleopatra gemar meracik obat-obatan.

Gambaran lain tentang Ratu Mesir yang terakhir ini juga menunjukkan betapa ia adalah seorang sarjana yang hidup di antara para pemikir yang mumpuni. Sehingga, ketika memimpin Mesir, ia tak jarang memperlihatkan kedekatannya dengan para filsuf. Maka, tak mengherankan pula jika ia dikenal pula sebagai seorang diplomat ulung, serta seorang ahli strategi.

Sebagai seorang ahli strategi, Cleopatra tergolong cerdas. Ia sangat mengetahui ambisi para pemimpin bangsa-bangsa lain. Terutama bangsa Romawi. Maka, dalam upaya mempertahankan Kerajaan Mesir, ia tempuh segala cara agar tidak dikuasai Kekaisaran Romawi. 

Namun, ia sadar bahwa di dalam usahanya tersebut ia juga telah melakukan kesalahan. Hal itu membuat kedudukan Mesir semakin terjepit dan kursi kekuasaannya pun terancam roboh. Sementara benteng pertahanannya pun rentan dijebol. Walhasil, ia pun memilih jalan pintas untuk mengakhiri kekuasaannya dengan cara yang tragis. Itu dilakukan agar Kekaisaran Romawi tidak memiliki catatan tentang penaklukan terhadap dirinya dan kerajaannya.

Jadi, sekalipun pada akhirnya Kekaisaran Romawi berhasil menguasai Mesir, namun kisah penaklukan terhadap kepemimpinan Cleopatra bisa dibilang tidak pernah ada. Yang ada, Cleopatra memilih mengakhiri hidupnya di dalam istananya dengan cara bunuh diri.

Dua nama pengarang Muslim yang menuliskan kisah fenomenal tentang Cleopatra itu adalah Ibn 'Abd Al-Hakam dan Ab l-asan Al ibn al-usayn al-Masd. Ibn 'Abd Al-Hakam adalah pengarang berkebangsaan Mesir yang menuliskan kisah Cleopatra, setelah 150 tahun Mesir di bawah kendali kepemimpinan Islam. 

Sementara Ab l-asan Al ibn al-usayn al-Masd, adalah seorang ahli sejarah dan geografi kelahiran Baghdad (283H/895M) dan meninggal di Fusat, Mesir (345H/956M). Al Mas'udi masih segaris keturunan dengan Abdullah bin Mas'ud, seorang sahabat Rasulullah.

Dua pandangan yang berbeda ini memberikan kita banyak pelajaran berharga. Terutama berkenaan dengan sikap bijaksana para ahli sejarah Islam. Keduanya, menunjukkan sikap yang mau "mikul dhuwur, mendhem jero". Artinya, segala yang tergali dari sejarah, semestinya yang baiklah yang diambil untuk diajarkan dan diamalkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun