Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cleopatra dalam Catatan Cendekiawan Arab

1 Agustus 2022   16:12 Diperbarui: 10 Agustus 2022   00:22 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: kompas.com

Seperti disampaikannya, diakui atau tidak, film menawarkan sebuah pandangan yang praktis. Sehingga, mudah dicerna dan dimengerti. Namun, kisah sosok Cleopatra rupanya tidak hanya difilmkan dalam satu judul film. Dari perjalanan waktu, film tentang Cleopatra sudah ada sejak era film bisu.

Di era film bisu, seorang sutradara film bisu kebangsaan Amerika, Charles L. Gaskill, sempat memfilmkan sosok Ratu Mesir. Tepatnya, pada tahun 1917. Film ini merupakan adaptasi dari naskah drama karya Victorien Sardou.

Selang 28 tahun berikutnya, tahun 1945, film tentang Cleopatra kembali muncul. Film ini diadaptasi dari naskah drama karya George Bernard Shaw. Meski begitu, agaknya penggambaran tokoh sejarah fenomenal pada dua film lawan ini nyaris sama. Cleopatra diimajikan sebagai sosok perempuan yang anggun.

Tahun 1953, di Italia, seorang sutradara film, Mario Mattoli, memproduksi film tentang Cleopatra. Kali ini, konsepnya lebih mengarah pada bentuk film komedi. Hanya, gambaran tentang Cleopatra dalam film ini mulai dicitrakan sebagai perempuan pennggoda laki-laki. 

Berbeda dengan film garapan Joseph L. Mankiewicz pada tahun 1963. Ia mengadaptasikan buku karya Carlo Maria Franzero yang berjudul The Life and Time of Cleopatra (1957). Dalam buku dan filmnya, sosok Cleopatra digambarkan sebagai perempuan cerdas. Kecerdasannya itu membuat ia dengan mudah menaklukkan Kekaisaran Romawi.

Tak berselang lama, tahun 1964, Gerald Thomas menyutradarai produksi film Carry on Cleo. Film ini bergenre komedi dengan menampilkan Ratu Cleopatra sebagai ratu yang konyol. Nyaris sama dengan film garapan Gerald Thomas, tahun 2002, film Cleopatra yang dibintangi Monica Belluci pun menampilkan kelucuan-kelucuan. Tahun ini, 2021, kisah mengenai Cleopatra diangkat lagi dalam film, disutradarai oleh Patty Jenkins.

Banyaknya film, juga tulisan-tulisan mengenai tokoh legendaris ini tentu sedikit banyak akan memengaruhi cara pandang kita atas ketokohannya. Dalam perspektif Barat, umumnya, tokoh dengan nama besar ini cenderung dicitrakan sebagai tokoh yang penuh ambisi untuk berkuasa. Citra negatif lain yang digambarkan oleh para penulis Barat adalah berkenaan dengan urusan hubungan asmara.

Pandangan Barat yang demikian, mula-mula datang dari pandangan bangsa Romawi. Bangsa besar ini punya hubungan sejarah dengan Mesir, terutama pada masa Cleopatra menjadi Ratu Mesir. Bahkan, dalam periode berikutnya, Kekaisaran Romawi akhirnya menaklukkan Mesir dan menguasainya. 

Sejak saat itu, sejarah Mesir---termasuk kisah tentang Cleopatra---dimanfaatkan oleh Kaisar Romawi yang tengah berkuasa. Ia mengubahnya sesuai keinginan pribadinya. Lantas, menyebar ke dunia Barat dan dikembangkan ke dalam bentuk-bentuk cerita dan pentas drama.

Bahkan, dalam masa-masa berikutnya, penulis-penulis Barat seperti William Shakespeare memberi kesan yang kurang elok terhadap tokoh Ratu Mesir ini. Tetapi, karya naskah dramanya demikian kuat menancap dalam benak bangsa-bangsa Barat. Seolah-olah menjadi kiblat alam pemikiran Barat tentang tokoh yang diagungkan oleh bangsa Afrika. Pandangan Shakespeare demikian rasial. Menganggap Cleopatra bukan sebagai pahlawan bangsa Mesir, melainkan sebagai wanita penggoda.

Mengapa Barat memandanngnya demikian? Salah satu penyebabnya, karena Barat cemburu dengan kedahsyatan Mesir. Peradaban Mesir, sejak dahulu sudah maju. Kerajaannya pun demikian kuat. Sehingga, banyak dari penguasa di wilayah luar ingin menguasainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun