Ya, kami memang memilih yang bertubuh segar. Apalagi cuaca sedang tak terlalu baik untuk badan. Hujan deras mengguyur.
Becak kami menerobos hujan. Tetapi, agar badan kami tak basah, pak penarik becak itu mengembangkan kain penutup becak, serta memasang plastik penutup pada bagian depan dan samping kiri-kanan.Â
Sekalipun plastik transparan, rupanya hujan pandangan mata kami terbatas. Kami tak bisa menyaksikan situasi jalan dengan jelas.
Meski begitu, kami yang berhimpit di atas becak itu merasakan kehangatan. Kami berbagi cerita, canda dan tawa. Semua tumpah di atas laju becak yang diguyur hujan. Anak-anak begitu manja dalam pelukan kami. Seperti tengah mencari dan menemukan kehangatan yang begitu mendamaikan.
Tetapi, tiba-tiba, dalam hati saya terbesit sebuah pertanyaan, bagaimana dengan bapak penarik becak itu? Apakah ia pernah merasakan hal yang sama kami rasakan saat ini? Berbagi kehangatan di atas laju becak.
Sempat terpikir pula, betapa besar jasa pak penarik becak ini kepada kami. Ia tidak hanya mengantarkan kami sampai ke rumah dengan selamat, tetapi telah melengkapi kemesraan kami di tengah guyuran hujan. Sedang, ia sendiri mungkin saja tengah mengorbankan perasaannya untuk berbagi kemesraan dan kehangatan dengan keluarganya.
Semestinya, di tengah hujan seperti ini, akan lebih membahagiakan jika ia berada di tengah keluarganya. Tetapi, ia tidak. Ia memilih untuk setia mengawal penumpangnya sampai tujuan dengan selamat.
Sesampainya kami di depan pintu rumah, saya pun mengucapkan terima kasih yang tak hingga. Adapun upah yang kami berikan, sudah tentu tidak akan bisa melunasi hutangnya pada keluarga. Hutang berbagi kehangatan dan kemesraan.
Betapa, pengalaman semacam ini membuat saya berpikir. Bahwa menjadi seorang penarik becak pun membutuhkan profesionalisme. Kesungguhannya menjalani pekerjaannya.
Dan dari pak penarik becak ini saya mendapati sebuah pelajaran berharga. Yaitu, tentang citra orang sukses dalam mengarungi kehidupannya. Sukses bukan soal hasil yang dicapai, melainkan pada rasa tanggung jawab.
Sebagai penarik becak, mana sempat ia memimpikan untuk mendapatkan aneka macam penghargaan. Entah itu sebagai tukang becak teladan, tukang becak berprestasi, atau segudang predikat lainnya. Tetapi, yang dilakukannya hanyalah mengusahakan agar ia tetap memegang prinsipnya sebagai penarik becak yang budiman.Â