Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pergaulan Dunia

9 September 2021   22:05 Diperbarui: 9 September 2021   22:10 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa ini tidak pernah mau belajar dari masa lalunya. Bahkan dalam hal kebahasaan, Indonesia menurutnya jauh lebih kaya ketimbang bangsa-bangsa lain. 

Kekayaan bahasa ini terutama sebagai akibat dari keragaman bangsa-bangsa yang mendiami tanah Nusantara. Tetapi, di dalam keberagaman bangsa itu, bangsa ini mampu membangun sebuah kesatuan dan menghimpun kekuatan budaya. Inilah yang menurutnya sebagai kekayaan yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. 

Kemampuan untuk saling merangkul satu sama lain ini merupakan konsep dasar dari suatu kesadaran berbangsa yang tidak pernah ada sebelumnya di negara manapun. 

Dalam selorohnya yang ringan itu, Cak Nun juga mengungkapkan bahwa kekayaan semacam ini tidak dimiliki bangsa-bangsa besar sekalipun. 

Di daratan Timur Tengah misalnya, meski sesama berasal dari nenek moyang yang sama, yakni bangsa Semit, bangsa-bangsa di tanah Arab itu justru terus berkonflik. 

Itulah sebabnya, mengapa Tuhan mengirimkan nabi-nabi di tanah Arab. Amerika, yang dikenal sebagai negara demokrasi sekalipun ternyata tidak pernah bisa lepas dari permasalahan rasial. 

Begitu pula dengan negara-negara Eropa yang tak kunjung padam ketegangan antarmereka yang mereka sembunyikan di balik layar panggung drama politik dunia. 

Tidak hanya itu, seorang Gubernur Jenderal berkebangsaan Inggris yang dulu menguasai tanah Jawa, Thomas Stamford Raffles, dalam bukunya yang teramat tebal dan diberi judul The History of Java (1817) itu ia menuliskan tentang kekagumannya terhadap Nusantara. 

Baginya, Nusantara (baca: Jawa) merupakan tanah harapan yang menyimpan segala potensi besar bagi dunia. Tanah Jawa adalah tanah yang subur dan kaya akan kebudayaannya. 

Bahkan sehari sebelum ia meninggalkan Jawa untuk dipindahtugaskan ke Singapura, Raffles mengakui bahwa dirinya masih merasa berkeberatan meninggalkan tanah Jawa, sebab masih ada banyak hal yang ingin ia tulis mengenai Jawa. Masih ada banyak hal yang ingin ia ketahui dari Jawa. 

Kini, kita memasuki era millenium ketiga yang sudah bergulir sejak tahun 2000. Dalam usia yang relatif muda sebagai sebuah negara yang berdaulat, tentu masih banyak pekerjaan yang harus digarap. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun