Sedang ruang tamu, digunakan untuk menerima tamu atau untuk melakukan transaksi jual-beli produk batik. Ruang tengah difungsikan sebagai ruang keluarga. Selain sebagai ruang keluarga, ruang tengah juga difungsikan sebagai tempat pengepakan produk batik. Dengan begitu, usaha batik yang dijalankan sang juragan tidak semata mengandalkan tenaga para pekerja, melainkan pula melibatkan keluarga. Keterlibatan keluarga ini sekaligus sebagai salah satu cara para juragan mengedukasi keluarga, khususnya anak-anak mereka tentang pengelolaan bisnis batik, juga melatih rasa empati mereka kepada para pekerja. Ini juga menandakan bahwa kerja sama antara juragan dan pekerja disemangati oleh rasa kekeluargaan.
Satu-satunya ruang pribadi sang juragan adalah kamar tidur. Ruang ini terletak di sisi kanan-kiri sudut ruang tengah. Kedua kamar ini dijeda oleh koridor menuju pintu belakang. Dua kamar ini saling berhadapan. Satu kamar untuk anak-anak, satu kamar lainnya menjadi kamar pribadi sang juragan.
Makna Lawang Sanga
Pintu dalam pandangan orang Pekalongan adalah jalan masuk rezeki. Semakin banyak pintu berarti pula semakin luas jalan rezeki seseorang. Rezeki, dalam pandangan orang Pekalongan yang dilandasi pemikiran agama Islam, tidak hanya berupa kekayaan materi. Akan tetapi, juga dalam rupa dan bentuk yang beragam. Seperti persaudaraan, pertemanan, dan sebagainya.
Tidak heran jika penempatan pintu lebih banyak diletakkan di bagian depan dan tengah. Tiga pintu berderet menyamping di bagian depan. Tiga pintu lagi di bagian tengah. Dua pintu lagi di sisi kiri-kanan ruang tengah. Dan, satu pintu lagi di bagian belakang.
Penempatan pintu ini memiliki makna khusus. Tiga pintu bagian depan melambangkan watak ramah. Bahwa orang Pekalongan sangat terbuka dengan siapa saja. Mereka sanggup menerima kedatangan siapapun, tanpa memandang perbedaan yang melekat pada atribut tiap individu.
Sementara tiga pintu yang dilekatkan pada dinding sekat antara ruang tamu dan ruang tengah melambangkan kejujuran. Dengan kata lain, kejujuran menjadi prinsip hidup yang mestinya dipegang teguh oleh masyarakat Pekalongan. Dalam semua aktivitas dan segala laku hidup, kejujuran harus dijunjung tinggi. Karena dengan kejujuran itu, nasib orang akan menjadi mujur.
Satu pintu di bagian lambung kiri yang berhadapan langsung dengan aktivitas pekerja batik, dan satu pintu lagi di bagian lambung kanan yang berhadapan dengan kebun dan rumah tetangga, melambangkan kepedulian dan rasa empati. Artinya, bahwa segala kekayaan yang dimiliki para juragan batik adalah hasil dari tetes keringat para pekerja. Maka, mereka memiliki tanggung jawab atas nasib para pekerjanya. Di sisi lain, para juragan juga mesti membuka kesempatan kepada lingkungan sekitar untuk berbagi. Orang-orang atau tetangga yang tak memiliki kesempatan bekerja mesti dibukakan pintu agar bisa mendapatkan mata pencaharian.
Sedang makna satu pintu di bagian belakang, menandai pantangan untuk membuka aib. Hal-hal yang buruk, baik tentang diri sendiri lebih-lebih orang lain tak boleh disebarluaskan. Sebaliknya, sesuatu yang buruk mestinya menjadi pelajaran bagi diri sendiri dan lingkungan keluarga, sebagai introspeksi diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H