Perpaduan Gaya Arsitektur Omah Lawang Sanga
Sebagai tubuh yang lengkap, Omah Lawang Sanga memadukan beberapa unsur. Di antaranya unsur gaya arsitektur Jawa, Eropa, Arab, dan Cina. Unsur gaya Jawa menjadi pola dasar bangunan, baik bentuk maupun pembagian ruangan. Secara keseluruhan, Omah Lawang Sanga merupakan bangunan rumah limasan ala pesisiran. Sementara pembagian ruangan, terbagi ke dalam empat bagian. Yaitu, bagian depan, bagian dalam, bagian samping, dan bagian belakang. Bagian depan terdiri atas halaman rumah (latar) dan teras (jogan). Yang membedakan antara latar dan jogan adalah tinggi rendahnya bangunan. Latar, biasanya menyatu dengan jalan kampung. Sementara jogan berupa susunan anak tangga dan lantai yang tak terlalu luas di bagian teras rumah.
Bagian dalam Omah Lawang Sanga terdiri atas ruang tamu (batur), ruang tengah/ruang keluarga, dan ruang kamar. Sementara bagian belakang terdiri atas dapur (pawon), sumur dan tempat cuci, kamar mandi, dan pranggok (bengkel produksi batik). Sedang bagian samping, terdiri atas lahan terbuka untuk mepe (menjemur) kain batik di sisi kiri dan kebun di sisi kanan.
Sementara unsur gaya Eropa ditampilkan melalui penggunaan pintu dan jendela berbahan kayu dengan ukuran besar. Panel-panel pada pintu dan jendela terkesan minimalis, karena tidak menonjolkan motif ukiran-ukiran yang rumit. Selain itu, pemanfaatan pilar-pilar kokoh pada bangunan ini memberi kesan elegan.
Ornamen-ornamen bercorak Arab juga muncul dalam beberapa elemen bangunan. Terutama pada panel-panel pilar berbahan semen dan mozaik kaca bermotif bunga pada beberapa daun jendela kaca. Beberapa juga tampak pada daun pintu. Biasanya, pada bagian pintu depan terdapat pintu rangkap yang menampilkan ornamen bergaya Arab.
Sedang ornamen bergaya Cina menjadi pelengkap. Ornamen-ornamen ini disisipkan pada bagian kisi-kisi ventilasi jendela atau pintu. Juga dilekatkan pada bagian penyangga atap teras rumah.
Jika demikian, teranglah bahwa perpaduan ini menunjukkan bahwa watak egalitarian Wong Pekalongan tidak lain adalah sebuah harapan untuk membina hubungan yang harmonis dengan semua bangsa. Akan tetapi, sebagai orang Jawa, jati diri kejawaan itu tetap dipertahankan. Bahkan, dijadikan sebagai nilai-nilai yang asasi.
Fungsi Ruang-ruang Omah Lawang SangaÂ
Umumnya, bangunan Omah Lawang Sanga menempati area tanah yang luas. Sebab, bangunan Omah Lawang Sanga disatukan dengan pranggok (bengkel produksi batik) yang diletakkan di bagian belakang rumah. Juga membutuhkan lahan terbuka untuk area mepe (menjemur) kain-kain batik yang biasanya ditempatkan di sisi kanan rumah. Tak ayal jika luasan bangunan Omah Lawang Sanga tidak lebih luas dari pranggok dan lahan mepe batik.
Bagian lain yang tak kalah penting adalah area kebun yang diletakkan di sisi kiri bangunan rumah. Dahulu, di area kebun ini juga ditempatkan kandang-kandang binatang ternak atau peliharaan. Keberadaan kebun juga dimanfaatkan para juragan untuk menjaga hubungan harmonis dengan tetangga. Sambil memanjakan binatang piaraan, mereka juga bercengkerama dengan tetangga atau para pekerja saat jam-jam istirahat. Membincangkan apa saja, lebih-lebih tentang apa yang tengah menjadi kegundahan masing-masing.
Pemanfaatan lahan terbuka ini menunjukkan pula bahwa Omah Lawang Sanga lebih mengutamakan fungsi sosialnya daripada ruang privasi. Hal ini juga ditunjukkan melalui pemanfaatan halaman rumah dan teras (jogan). Biasanya, digunakan untuk menerima tetamu dalam acara hajatan besar. Pada halaman rumah inilah tak jarang pula digelar seni pertunjukan rakyat untuk menghibur para pekerja dan orang-orang sekitar. Biasanya, gelaran seni pertunjukan itu dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur sang juragan atas tercapainya hajat yang diidamkan.