Mohon tunggu...
Pendidikan

Peran Pendidikan dan Keluarga Terhadap Psikologi Anak

25 April 2014   20:57 Diperbarui: 4 April 2017   17:42 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

KATA PENGATAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT,yang mana telah memberikan saya kekuatan serta kelancaran dalam menyeleseikan makalah mata kuliah  profesi pendidikan sebagai pemenuhan tugas dimata kuliah ini dapat diseleseikan seperti waktu yang telah ditentukan.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai “peran pendidikan serta keluarga terhadap siswa (tumbuh kembang anak)”diharapkan setelah pemaparan materi yang terkait,mahasiswa mampu memahami dan menganalisis apa saja yang mendasari adanya penyimpangan sosial yang ada dalam masyarakat khususnya ialah mengangkat fenomena pernikahan sedarah.

Tak ada gading yang tak retak,untuk itu saya menyadari bahwa makalah yang telah saya susun masih memiliki banyak kelemahan serta kekurangan baik dari segi teknis maupun non teknis.Untuk itu saya meminta semua pihak agar dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan mendatang.

Dengan ini saya mempersembahkan makalah dengan berbagai materi dan semoga ALLAH SWT memberkahi makalah ini sehingga materi dalam makalah ini dapat memberikam manfaat bagi penulis dan pembaca.

Jakarta, April 2014



Penyusun

Daftar Isi

KATA PENGATAR

Daftar Isi

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latatar belakang

B.Perumusan Masalah

C.Tujuan penulisan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Pengertian hubungan sedarah atau incest

B.Penyebab pernikahan sedarah (incest)

C.Efek atau akibat dari incest (pernikahan sedarah)

D.Peran keluarga terhadap tumbuh kembang anak _

G.Peran pendidikan terhadap psikologi anak

BAB 314

PEMBAHASAN14

A.Analisis penyelesaian masalah14

BAB 418

Penutup18

A.Kesimpulan18

B.Saran19

Daftar pustaka………………………………………………………………………………..20

BAB I

PENDAHULUAN



  1. Latatar belakang

Komisi VIII DPR menyoroti tingginya kasus pelanggaran asusila dalam hubungan kekeluargaan (incest) di Provinsi Bengkulu, dan meminta pemerintah daerah mencari formula untuk mengatasi hal itu.

"Bengkulu menjadi sorotan dalam kasus incest, sehingga kami mengharapkan ini menjadi perhatian pemerintah daerah," kata ketua rombongan anggota Komisi VII DPR, Ida Fauziah, di Bengkulu, Senin (16/4/2012).Ia mengungkapkan hal itu, dalam rapat dengar pendapat dengan pejabat daerah yang berkaitan dengan masalah sosial, agama dan kebencanaan yang dipimpin Pelaksana Tugas Gubernur Bengkulu, Junaidi Hamsyah.

Masalah sosial terutama yang terjadi dalam hubungan sedarah, menurut Ida adalah masalah penting yang harus diatasi. "Ini berkaitan dengan moral dan tentu ada penyebabnya, itu yang harus dicari akar masalahnya," katanya.Menanggapi hal itu, Pelaksana Tugas Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah mengatakan cukup prihatin, dengan tingginya kasus asusila di Bengkulu.

"Ini memang menjadi keresahan semua pihak karena kasus asusila, bahkan dalam hubungan kekeluargaan seperti incest cukup sering terjadi," katanya.Untuk mengatasi hal ini, ia sudah berkoordinasi dengan tokoh masyarakat, pemuka agama, dan pihak terkait. Peningkatan pemahaman keagamaan bagi masyarakat menurut Junaidi menjadi salah satu solusi untuk mengatasi persoalan ini.

"Saya sudah mengumpulkan tokoh masyarakat dan tokoh agama membahas kondisi ini, salah satu solusinya adalah peningkatan iman dan peningktan moral," katanya.Khusus bagi korban incest kata Junaidi, pemerintah menyediakan rumah singgah yang menyediakan tempat bersalin dan menyediakan jatah hidup selama 10 hari.Ia juga mengimbau masyarakat agar proaktif melakukan kontrol sosial, bukan menjauhi korban incest tapi ikut menolong mereka sehingga kehidupan sosialnya kembali normal. Peran pendidikan ini pun harus di tingkatkan lagi sehingga tidak ada lagi yang menjadi korban.



  1. http://regional.kompas.com/read/2012/04/16/19061344/komisi.viii.soroti.kasus.incest.di.Bengkulu#



  1. Perumusan Masalah



  1. Apa itu pernikahan sedarah?


  2. Apa yang menyebabkan pernikahan sedarah itu terjadi?


  3. Apa efek atau akibat dari pernikahan sedarah?


  4. Apa peran keluarga terhadap tumbuh kembang anak?


  5. Apa peran pendidikan terhadap psikologi anak?


  6. Apa saja kasus yang pernah terjadi?






  1. Tujuan penulisan



  1. Agar mahasiswa tahu apa itu pernikahan sedarah atau bahasa lainnya adalah incest yang mampu menambah pengetahuan mahasiswa bahwa ada di sekitar kita hubungan yang memang tidak lazim.


  2. Agar mahasiswa mapu menganalisis berbagai penyebab yang ada dalam hubungan yang tidak lazim ini atau hubungan pernikahan sedarah (incest).


  3. Agar mahasiswa lebih banyak pengetahuan tetang efek yang di timbulkan dari pernikahan sedarah ini.


  4. Agar mahasiswa mengetahui peran keluarga terhadap penyimpangan yang ada di masyarakat khususnya pernikahan sedarah


  5. Agar mahasiswa mengetahui peran pendidikan terhadap psikologi anak.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA



  1. Pengertian hubungan sedarah atau incest

Hubungan sedarah (Inggris:Incest) adalah hubungan badan atau hubungan seksual yang terjadi antara dua orang yang mempunyai ikatan pertalian darah, misal ayah dengan anak perempuannya, ibu dengan anak laki-lakinya, atau antar sesama saudara kandung atau saudara tiri.

Incest menurut para ahli:



  • Incest adalah hubungan seksual antara anggota keluarga dalam rumah, baik antara kakak-adik kandung/tiri, ayah dengan anak kandung/tiri, paman dengan keponakan atau ibu dengan anak kandung/tiri (Ruth S Kempe & C. Henry Kempe).


  • Pengertian incest lebih luas ialah hubungan seksual yang dilakukan seseorang dalam keluarga atau seseorang yang sudah seperti keluarga, baik laki-laki atau perempuan, seperti ayah kandung, ayah tiri, ibu dari pacar, saudara laki-laki, saudara tiri, guru, teman, pendeta/ulama, paman atau kakek (Jenny Marsh; 1988)




Jenis-jenis Incest

Incest terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:



  1. Incest yang bersifat sukarela (tanpa paksaan).

Hubungan seksual yang dilakukan terjadi karena unsur suka sama suka.



  1. Incest yang bersifat paksaan.

Hubungan seksual dilakukan karena unsur keterpaksaan, misalkan pada anak perempuan diancam akan dibunuh oleh ayahnya karena tidak mau melayani nafsu seksual. Incest seperti ini pada masyarakat lebih dikenal dengan perkosaan incest.





  1. Penyebab pernikahan sedarah (incest)

Ada beberapa penyebab atau pemicu timbulnya incest. Akar dan penyebab tersebut tidak lain adalah karena pengaruh aspek struktural, yakni situasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Kompleksitas situasi menyebabkan ketidak berdayaan pada diri individu. Khususnya apabila ia seorang laki-laki (notabene cenderung dianggap dan menganggap diri lebih berkuasa) akan sangat terguncang, dan menimbulkan ketidak seimbangan mental psikologis. Dalam ketidak berdayaan tersebut, tanpa adanya iman sebagai kekuatan internal/spiritual, seseorang akan dikuasai oleh dorongan primitif, yakni dorongan seksual ataupun agresivitas. Faktor-faktor struktural tersebut antara lain adalah:





  1. Konflik kebudayaan

Perubahan sosial terjadi begitu cepatnya seiring dengan perkembangan teknologi. Alat-alat komunikasi seperti radio, televisi, VCD, HP, koran, dan majalah telah masuk ke seluruh pelosok wilayah Indonesia. Seiring dengan itu masuk pula budaya-budaya baru yang sebetulnya tidak cocok dengan budaya dan norma-norma setempat.





  1. Kemiskinan

Meskipun incest dapat terjadi dalam segala lapisan ekonomi, secara khusus kondisi kemiskinan merupakan suatu rantai situasi yang sangat potensial menimbulkan incest. Banyak keluarga miskin hanya memiliki satu petak rumah. Rumah yang ada merupakan satu atau dua kamar dengan multi fungsi. Tak pelak lagi, segala kegiatan dilakukan disana yang mengakibatkan apa pun kegiatannya dapat dilihat oleh semua anggota keluarga.



Selain faktor-faktor diatas, Lustig (Sawitri Supardi: 2005) mengemukakan faktor-faktor lain yaitu:



  1. Keadaan terjepit

Dimana anak perempuan manjadi figur perempuan utama yang mengurus keluarga dan rumah tangga sebagai pengganti ibu.

(2)  Ketidak mampuan ayah untuk mencari pasangan di luar rumah

(3) Ketakutan akan perpecahan keluarga yang memungkinkan beberapa anggota keluarga untuk lebih memilih desintegrasi struktur daripada pecah sama sekali.

(4) Sanksi yang terselubung terhadap ibu yang tidak berpartisipasi dalam tuntutan peranan seksual sebagai istri.

(5) Pengawasan dan didikan orangtua yang kurang karena kesibukan orang bekerja mencari nafkah dapat melonggarkan pengawasan oleh oran gtua bisa terjadi incest.





  1. Efek atau akibat dari incest (pernikahan sedarah):



  1. Gangguan psikologis

Gangguan psikologis akibat dari kekerasan seksual yang akan menimbulkan trauma post sexual abuse, antara lain : tidak mampu mempercayai orang lain, takut atau khawatir dalam berhubungan seksual, depresi, ingin bunuh diri dan perilaku merusak diri sendiri yang lain, harga diri yang rendah, merasa berdosa, pemarah, menyendiri dan tidak mau bergaul dengan orang lain, dan makan tidak teratur.





  1. Secara medis

Menunjukan bahwa anak hasil dari hubungan incest berpotensi besar untuk mengalami kecatatan baik fisik ataupun mental.





  1. Akibat lain yang cukup meresahkan

Biasanya orang yang menjadi korban mereka sering disalahkan dan mendapat stigma (label) yang buruk. Padahal, kejadian yang mereka alami bukan karena kehendaknya. Mereka adalah korban kekerasan seksual. Orang yang semestinya disalahkan adalah pelaku kejahatan seksual tersebut.





  1. Berbagai studi yang telah dilakukan

Hingga saat ini, anak-anak korban kekerasan seksual seperti incest biasanya akan memiliki self-esteem (rasa harga diri) rendah, depresi, memendam perasaan bersalah, sulit mempercayai orang lain, kesepian, sulit menjaga membangun hubungan dengan orang lain, dan tidak memiliki minat terhadap seks, bahkan menunjukkan bahwa anak-anak tersebut akhirnya ketika dewasa juga terjerumus ke dalam penggunaan alkohol dan obat terlarang, pelacuran, dan memiliki kecenderungan untuk melakukan kekerasan seksual kepada anak-anak.



  1. Peran keluarga terhadap tumbuh kembang anak

Keluarga adalah wadah yang sangat penting di antara individu dan group,dan merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak-anak menjadi anggotanya. Dan keluargalah sudah barang tentu yang pertama-tama pula untuk mengadakannya sosialisasi kehidupan anak-anak.Ibu,ayah serta saudara-saudara serta keluarga-keluarga yang lain adalah orang-orang pertama dimana anak-anak mengadakan kontak dan pertama pula untuk mengajar pada anak-anak itu sebagaimana dia hidup dengan orang lai. Sampai anak-anak memasuki sekolah,mereka itu menghabiskan seluruh waktunya di dalam unit keluarga.Hingga sampai masa adolesent mereka itu ditaksir menghabiskan ½ waktunya dalam keluarga.



1.fungsi keluarga

Menurut oqbum fungsi keluarga itu adalah sebagai berikut:



  • Fungsi kasih sayang


  • Fungsi ekonomi


  • Fungsi pendidikan


  • Fungsi perlindungan


  • Fungsi rekreasi


  • Fungsi status keluarga


  • Fungsi agama




Adapun mengenai susunan keluarga,Probbins membagi menjadi 3 macam yaitu:



  1. Keluarga yang bersifat otoriter

Disini perkembangan anak itu semata-mata ditentukan oleh orang tuanya.Sifat pribadi anak yang otoriter biasanya suka menyendiri, mengalami kemunduran kematangan,ragu-ragu di dalam semua tindakan, serta lambat berinisiatif.





  1. Keluarga demokrasi

Disini sikap pribadi anak lebih dapat menyesuaikan diri,serta fleksibel,dapat menguasai diri,mau menghargai pekerjaan orang lain,menerima kritik dengan terbuka,aktif di dalam hidupnya,emosi lebih stabil,serta mempunyai rasa tanggung jawab.





  1. Keluarga yang liberal

Disini anak-anak bebas bertindak dan berbuat, sifat-sifat dari keluarga ini biasanya agressif,tak dapat bekerja sama dengan orang lain,sukar menyesuaikan diri,emosi kurang stabil serta mempunyai sifat selalu curiga.



Bila di lihat fungsi keluarga menurut oqbum dan susunan keluarga menurut probbins dapat disimpulkan bahwa keluarga berperan penting dalam pembentukan karakter yang ada di dalam diri setiap anggota keluarganya karena bila keluarga itu menjalankan sesuai dengan fungsinya maka tidak akan ada salah satu dari anggota keluarganya mengalami penyimpangan dalam sosialisasi terlebih pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku baik pelanggaran norma agama,norma susila,norma budaya,maupun norma hukum seperti pernikahan sedarah.





  1. Peran pendidikan terhadap psikologi anak

Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak didiknya. Pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan, dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat.

Dengan adanya pendidikan seharusnya pola perilaku jelek yang telah diterapkan di rumah oleh pembentukan karakter yang telah dibuat oleh orang tua dapat di hapus oleh adanya peran pendidikan,maka dari itu pendidikan yang ada harus dapat menjadi sebuah filter atau penyaring yang baik untuk semua kalangan sehingga penyimpangan-demi penyimpangan yang ada dapat di hindari khususnya adalah rasa ketertarikan lawan jenis namun dalam pertalian darah. Setiap manusia melalui perkembangan dalam kehidupan yang menurut haviighurst adalah sebgai berikut:



  • Masa bayi



  • Belajar memakan,makanan padat


  • Belajar berjalan


  • Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh


  • Mempelajari perbedaan seks dan tata caranya


  • Belajar memebedakan benar atau salah dan mulai mengembangkan hati nurani






  • Masa kanak-kanak



  • Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum


  • Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh.


  • Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya


  • Mulai mengembangkan peran sosial pria dan wanita yang tepat


  • Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung


  • Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan hari-hari


  • Mengembangkan hati nurani,pengertian moral,tata dan tingkat moral


  • Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga


  • Mencapai kebebasan pribadi






  • Masa remaja



  • Mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita


  • Mencapai peran sosial baik pria maupun wanita


  • Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif


  • Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab


  • Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya


  • Mempersiapkan karier ekonomi


  • Mempersiapkan perkawinan dan keluarga


  • Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengebangkan ideologi






  • Awal masa dewasa



  • Mulai bekerja


  • Memilih pasangan


  • Belajar hidup dengan tunangan


  • Mulai membina keluarga


  • Mengasuh anak


  • Mengelola rumah tangga


  • Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara


  • Mencari kelompok sosial yang menyenangkan






  • Masa usia pertengahan



  • Mencapai tanggung jawa sosialdan dewasa sebagai warga negara


  • Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa


  • Mengembangkan kegiatan pengisi waktu


  • Menghubungkan diri sendiri sebagai dengan pasangan hidup sebagai suatu individu


  • Menerima den menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan


  • Mencapai dan mempertahankan prestasi


  • Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua






  • Masa tua



  • Menyesuaikan diri dengan menurunya kekuatan fisik


  • Menyesuaikan diri dengan masa pensiun


  • Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan


  • Membentuk hubungan dengan teman-teman seusianya


  • Membangun pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan


  • Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara leuwes






  • Faktor-faktor yang mempengaruhi penugasan tugas-tugas perkembangan


  • Yang menghalangi



  • Tingkat perkembangan yang mundur


  • Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan


  • Tidak ada motivasi


  • Kesehatan yan buruk


  • Cacat tubuh


  • Tingkat kecerdasan yang rendah



  • Yang membantu



  • Tungkat perkembangan yang normal


  • Kesempatan-kesempatan untuk mempelajari tugas dalam perkembangan dan bimbingan untuk menguasainya


  • Motivasi


  • Kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh


  • Tingkat kecerdasan yang tinggi


  • Kreativitas




Bila tugas-tugas perkembangan tidak dapat di seleseikan dengan baik maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh individu itu sendiri. Adapun gejala-gejala penyimpangan khususnya dilakukan pada anak remaja:



  • Anak yang selalu menyendiri karena tidak disukai oleh teman-temannya (terkucilkan) dapat menderita gangguan emosional, karenanya ia perlu perhatian yang agak khusus dari orang tua,guru atau anggota masyarakat yang mengetahuinya untuk yang menyadarkan bagaimana bergaul yang sebaiknya dengan menghindari sikap sombong/angkuh,kata-kata yang dapat menyakitkan hati,sinis menghina dan lain sebagainya.


  • Anak-anak sering menghindar diri dari tanggung jawab di rumah atau sekolah


  • Anak yang sering merasa mengeluh atau resah karena mengalami masalah yang tidak terpecahkan oleh dirinya sendiri


  • Anak sering berperasangka bahwa orang tua atau guru mereka bersikap tidak baik terhadapnya dan sengaja menghambat dirinya


  • Anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian atau pikiran mereka karena adanya goncangan emosi pada dirinya


  • Anak mengalami fobia dan gelisah yang kelewat batas sehingga berbeda dengan ketakutan anak-anak normal lainnya


  • Anak yang sering menyakiti dan mengganggu teman-temannya baik di rumah maupun disekolah


  • Anak yang suka berbohong


  • Anak yang merasa tidak dihargai


  • Anak yang suka membolos karena malas belajar.




Bila hal ini dibiarkan dan berkelanjutan maka hal ini akan membawa mereka melakukan berbagai penyimpangan dalam masyarakat dan bahkan hal ini akan membawa mereka mencari sebuah kenyamanan untuk mengalihkan kejenuhan yang mereka rasakan akibat adanya tidak terpecahkannya masalah yang mereka pikul,contohnya adalah mereka melakukan tawuran,mereka melakukan ngebut-ngebutan di jalan raya yang bukan hanya membuat keselamatan mereka di gadaikan namun keselamatan orang lainpun mereka pertaruhkan,bahkan dengan adanya masalah yang kompleks yang tidak dapat mereka pecahkan,dengan adanya ketertarikan seksual yang mereka rasakan mereka dapat membuatnya menjadi berbagai penyimpangan yaitu dengan menyukai lawan jenis namun dalam ikatan sedara.

BAB III



  1. Analisis penyelesaian masalah



  • Jika ayah yang menjadi pelaku

Bila dalam kasus penyimpangan yang dilakukan oleh ayah khusunya dalam masalah ayah merasa tertarik pada puterinya untuk memiliki hubungan yang lebih dari orang tua dengan anaknya atau ingin memiliki hubungan percintaan dengan anaknya yang mengarahkan pada pernikahan sedarah maka sudah jelas bahwa fenomena yang ada disebabkan oleh karena adanya tahapan tugas perkembangan yang tidak mampu sang ayah seleseikan ketika masih kanak-kanan,oleh karena itu bila melihat fenomena ini seharusnya lingkungan keluarga lebih meningkatkan kepekaan terhadap gejala-gejala apa saja yang ada di dalam lingkungan keluarga,bila satu sama lain anggota saling peduli maka fenomena ini akan terhindar dengan baik karena adanya saling mengingatkan satu sama lain keslahan yang timbulpun akan berkurang maka dari itu solusi dari masalah ini adalah



  1. Di tingkatkannya komunikasi yang baik antara ibu dan ayah agar apa pun masalah yang ada mampu di selesaikan dengan baik oleh keduanya sehingga tidak ada pihak lain yang masuk dalam kehidupan keduanya


  2. Di tingkatkannya komunikasi antara orang tua dengan anaknya, sejalan meningkatnya aktivitas yang dimiliki oleh setiap anggota keluarga hal ini cenderung membuat anggota keluarga satu dengan yang lainnya tidak memiliki waktu yang cukup untuk berkomunikasi padalah komunikasi adalah hal yang sangat penting dilakukan agar persamaan persepsi dapat di satukan dan masalah yang timbul akannya akan mampu di minimalisir sedini mungkin.


  3. Di tingkatkannya keimanan,ibu sebagai pasangan dari ayah sudah tentu memiliki kewajiban untuk selalu mengingatkan dan mampu mengajak ayah agar taat dalam beribadah sesuai dengan keyakinan yang dianutnya,bila ibu mempu menjalankan peran yang baik maka tugas perkembangan ayah yang belum mampu ia seleseikan dengan baik pada saat itu tidak berdampak pada saat ini karena adanya benteng yang kuat yaitu keimanan

Namun bila kejadiannya adalah sang anak yang terlebih dahulu memiliki rasa ketertarikan kepada ayahnya hal yang harus dilakukan adalah



  1. Pendekatan ibu

Bila ada anak yang sayang dengan ayahnya dan mengagumi sosok sang ayah yang mengakibatkan anaknya merasa cemburu bila ibu dekat dengan ayahnya,hal ini mereupakan fenomena yang wajar namun bila ia masih dalam menyeleseikan tugas perkembangan dalam tahapan anak-anak,disinilah sosok ibu diperlukan seorang ibu harus tanggap terhadap kejadian ini dan memberikan pengertian kepada anaknya sehingga rasa suka yang ada hanya berlangsung pada masa penyelesaian tugas perkembangan pada masa anak-anak saja bukan berlanjut pada tahapan peerkembangan selanjutnya sehingga anggapan bahwa ibunya adalah saingan dari dirinya dan ia harus memiliki ayahnya adalah pemikiran yang salah maka dari itu sosok ibu sangatlah diperlukan disini.



  1. Penanaman nilai keimanan yang baik di dalam diri anak

Anak haruslah ditanamkan nilai-nilai agama yang baik sehingga apapun tindakan yang ia ambil berdasarkan norma agama sehingga memjauhkan fenomena penyimpangan yang ada di dalam masyarakat khususnya terhindarnya dari rasa kagum yang berlebihan kepada sosok ayah yang menjadikan ia berfikir orang yang ia cintai adalah sosok ayahnya bukanlah seorang pria lain di luar sana yang sebaya dengannya.



  • Jika ibu yang menjadi pelakunya

Ibu yang melakukan penganiayaan seksual cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang rendah dan mengalami gangguan emosional. Ibu yang melakukan incest terhadap anak laki-lakinya cenderung didorong oleh keinginan adanya figur ‘pria lain’ dalam kehidupannya, karena kehadiran suami secara fisik maupun emosinal dirasakan kurang sehingga ia berharap anak laki-lakinya dapat memenuhi keinginan yang tidak didapatkan dari suaminya. Kasus ini jarang didapati, terutama karena secara naluriah wanita cenderung memiliki sifat mengasuh dan ‘melindungi’ anak.

Bila demikian adanya hal yang harus dilakukan adalah



  1. Ayah sebagai imam yang baik

Ayah sebagai kepala keluarga sudah seharusnya menjadi orang yang lebih peduli terhadap seluruh anggota keluarganya terutama peduli trehadap pasangannya yaitu ibu,bila ayah menyadari bahwa ibu memiliki kecerdasan yang tidak baik maka yang ayah dapat lakukan adalah berkomunikasi yang baik dan mengajak atau melakukan hal-hal yang mampu membuat ibu menjadi cerdas,cerdas itu bukan hanya dalam segi akademik namun cerdas haruslah dari segi emosianal karena tidak ada nilai positifnya bila cerdas dalam akademik namun tidak cerdas dalam emosianal akan mengakibatkan kefatalan terlebih ibu adalah pembentuk karakter awal anak.



  1. Membantu memilihkan teman bergaul yang tepat

Sudah seharusnya dalam anggota keluarga tanggap akan adanya orang dekat yang dimiliki oleh salah satu anggota keluarganya,agar mampu meminimalisir kesalahan akan bergaul karena tidak di pungkiri karakter yang dimiliki teman dekat akan mempengaruhi karakter yang kita miliki.





  • Jika Jika saudara kandung yang berperan sebagai pelaku

Kakak korban yang melakukan penganiayaan seksual biasanya menirukan perilaku orang tuanya atau memiliki keinginan mendominasi/menghukum adiknya. Selain itu, penganiayaan seksual mungkin pula dilakukan oleh orang tua angkat/tiri, atau orang lain yang tinggal serumah dengan korban,namun ada pula ketertarikan dengan sengaja yang mereka membiarkan adanya rasa suka yang berlanjut menjadi rasa cinta yang terlarang karena adanya hubungan sedarah.

Bila demikian adanya hal yang harus dilakukan adalah



  1. Peran orang tua

Bila mendapatkan anak yang berbeda dalam segi kelamin misalnya saja anak pertama itu adalah seorang laki-laki dan anak keduanya adalah anak perempuan,sudah menjadi tanggung jawab orang tua untuk membatasi kedekatan yang dilakukan oleh kakak dan adiknya, seperti memisahkan kamarnya, membedakan maenan kesukaanya dll yang berhubungan dengan pembentukan karakternya karena bila tidak dilakukan sejak dini rasa ketertarikan yang timbul akannya akan membuat masalah baru yang sulit di pecahkan bila sudah terlambat,masalah yang tidak diinginkan dan menyalahi norma agama adalah rasa keterarikan kaka dan adiknya melebihi rasa ketertarikan kepada saudarnya atau dengan kata lain adanya keinginan untuk melakukan pernikahan sedarah.





  1. Keterlibatan keluarga besar

Pembentukan karakter bukan hanya tanggung jawab ayah dan ibunya saja namun pembentukan karakter anak tidak terlepas dari keluarga besarnya seperti nenek, kakek, paman, bibi, sepupu dll yang masuk dalam susunan keluarga,hal ini yang harus dimanfaatkan bila terjadi fenomena dimana anak mengikuti sifat orang tuanya yang tidak baik,disinilah keluarga besar harus mampu memainkan perannya yang baik seperti halnya nenek hal yang dapat nenek lakukan adalah memantau tingkah laku yang dilakukan oleh orang tua sang anak ini dan tidak segan untuk menegur orang tua dari anak ini bila memberikan contoh sikap yang tidak baik terhadap anaknya sehingga kejadiian ini dapat di cegah sedini mungkin.





  1. Peran lingkungan

Sudah tentu lingkungan berperan besar pula dalam pembentukan karakteer anak untuk itu menjadi tugas semua pihak agar membantu memfasilitasi lingkungan yang baik terhadap anak,karena sifat anak itu awalnya mengamati ketika ia melakukan tugas perkembangan ketika ia masih dalam tahapan bayi dan merekamnya dengan baik sehingga ketika ia menyelesaikan tugas perkembangan ketika ia dewasa adalah meniru semua yang ia rekam ketika ia masih dalam tahapan bayi



BAB 4

Penutup






  1. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pernikahan sedarah atau incest dilakukan karena adanya pengaruh aspek struktural, yakni situasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Kompleksitas situasi menyebabkan ketidak berdayaan pada diri individu.

Faktor-faktor yang mempengaruhinya:



  1. Keluarga

Keluarga yang seharusnya ialah sebgai wadah dan pembentukan karakter yang baik untuk tumbuh kembang anak namun dengan tingkat aktivitas yang banyak keluarga tidak mampu memainkan perannya dengan baik hal ini menjadikan celah untuk terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh anak dan menjadikan hal itu menjadi sebuah pembiasaan dalam hidupnya.



  1. Konflik budaya

Perubahan sosial terjadi begitu cepatnya seiring dengan perkembangan teknologi. Alat-alat komunikasi seperti radio, televisi, VCD, HP, koran, dan majalah telah masuk ke seluruh pelosok wilayah Indonesia. Seiring dengan itu masuk pula budaya-budaya baru yang sebetulnya tidak cocok dengan budaya dan norma-norma setempat. Orang dengan mudah mendapat tentang penyimpangan khususnya penyimpangan seksualitas melalui tayangan televisi maupun tulisan di koran dan majalah. Juga informasi dan pengalaman pornografi dan berbagai jenis media. Akibatnya, tayangan televisi, VCD, dan berita di koran atau majalah yang sering menampilkan kegiatan seksual incest serta tindak kekerasannya, dapat menjadi model bagi mereka yang tidak bisa mengambil hal positif dari apa yang ia ketahui.



  1. Saran

Saran dari fenomena yang telah diuraikan adalah



  1. komunikasi

Meningkatkan komunikasi yang baik,karena bila komunikasi selalu dijalin dengan efektif meski aktivitas banyak maka kejadian yang tidak diinginkan akan terhindar karena dapat di cegah dengan sedini mungkin.



  1. Keimanan

Biasakanlah meningkatkan keimanan dari waktu ke waktu agar hal-hal negatif yang menghampiri di kehidupan kita dapat di netralisir dengan baik sehingga hal-hal yang buruk tidak mampu meracuni kehidupan yang indah ini karena kehidupan merupakan karunia tuhan.



  1. Empati

Dengan ditumbuhkannya rasa empati terhadap semua anggota keluarga menjadikan keluarga ini memiliki filter yang baik terhadap tingkah laku yang dilakukan oleh setiap anggota keluarganya sehingga bila ada kesalahan sekecil apapun langsung mendapatkan koreksi dari anggota keluarga yang lainnya

Daftar pustaka



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun