Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Dari "Ngidam" dan 2 Film Pendek JFF, Mengenal Kuliner Betawi dan Keunikan Jakarta

28 Oktober 2023   06:00 Diperbarui: 28 Oktober 2023   12:12 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngidam (sumber : Komik/olah Canva)

Emang boleh, semenarik itu? Dari sejarah, akulturasi budaya, kuliner, bahkan sampai pengalaman yang didapat, Jakarta itu memang kaya. Dalam 3 film pendek terpilih Jakarta Film Fund (JFF) 2023 yang tayang di Jakarta Film Week (JFW) 2023, semuanya dikemas memikat dan membuka wawasan yang menontonnya. 

Ketiga film pendek itu, yakni "Ngidam" karya Agung Jarkasih, "Rabu yang Bahagia" karya Candra Aditya, dan "Alif Pengen Punya Pacar, Yuli Pengen Dibonceng Ngabers" karya Fazrie Permana.

Ketiga film pendek yang tayang perdana di CGV Grand Indonesia, Kamis, 26 Oktober 2023 pukul 16.55 WIB itu mengundang antusias penonton begitu tinggi. Mereka antre memadati tempat untuk mendapatkan tiket on the spot (OTS) JFF yang sudah dibuka 90 menit sebelum pemutaran.

Ya, sejak dibukanya tiket secara online, gerak cepat memang dilakukan para penggemar film JFW, terutama JFF. Dalam sekejap, tiket segera habis. Sejumlah kawan mengungkapkan kekecewaannya karena tak kebagian tiket online, maka OTS jadi pilihan.

Ngidam (sumber:Komik)
Ngidam (sumber:Komik)

Seperti halnya dalam pemutaran perdana di CGV, tiket online juga langsung habis dalam sekejap untuk Sabtu, 28 Oktober 2023 pukul 11.00 WIB di Teater Asrul Sani Kineforum. Luar biasa, pantas saja audi 7 CGV tempat diputarnya tiga film pendek JFF penuh. Semuanya terisi dari kursi teratas hingga terbawah.

Beruntung bisa menyaksikan langsung pada tayangan perdana. Soalnya, memang sudah Ngidam untuk menyaksikan film pendek JFF karya para talenta baru. Maklum, salah satunya adalah film pendek berjudul “Ngidam” yang merupakan produksi KOMiK, komunitas penggemar film Kompasiana. Ikut bangga sebagai anggota, dong!  

Bersama Tim 'Ngidam
Bersama Tim 'Ngidam" Komik (sumber:Komik)

Kuliner Betawi dan Uniknya Jakarta

Nuansa Betawi nyata muncul dalam ketiga film pendek yang memiliki kekuatan cerita masing-masing. Dari segi latar belakang dan kondisi yang dimiliki Jakarta, sebagai ibu kota provinsi dan ibu kota negara RI yang hingga saat ini terkesan hidup di malam hari.

Ketiga film pendek diputar dalam durasi sekitar 1 jam, dengan urutan "Alif Pengen Punya Pacar, Yuli Pengen Dibonceng Ngabers" karya Fazrie Permana, "Rabu yang Bahagia" karya Candra Aditya, dan "Ngidam" karya Agung Jarkasih. Semuanya menarik dan punya kekuatan pesan yang mengena buat penonton. Seperti apa kisahnya?

"Alif Pengen Punya Pacar, Yuli Pengen Dibonceng Ngabers" 

Film pendek dari Rumah Produksi Dari Hati berjudul “Alif Pengen Punya Pacar, Yuli Pengen Dibonceng Ngabers” ini dibintangi oleh Tissa Biani sebagai Yuli, remaja Cikarang dan Kafin Sulthan sebagai pemuda Bekasi. Keduanya sudah sering berperan di layar kaca.

Film yang disutradarai  Fazrie Permana dan Rolando Octavio sebagai produser, ceritanya cukup ringan dan sederhana sesuai dengan judulnya. Yuli yang sering nongkrong di Stasiun Sudirman Jakarta ingin sekali dibonceng ngabers alias cowok yang mengendarai motor dengan karakter dan pesona tertentu.

Awalnya, Yuli senang bertemu dengan Ali, pemuda penggemar grup musik JKT 48 yang lugu. Ali bersedia melakukan apapun untuk memenuhi seluruh permintaan Yuli. Di sini penonton bisa melihat suasana Jakarta di malam hari, terutama di sekitaran Jl. Jendral Sudirman dan Stasiun Sudirman yang jadi pilihan tempat nongkrong anak Jakarta dan sekitarnya.

"Rabu yang Bahagia" 

Film pendek dengan sutradara Candra Adityadari Carnival Films cukup mengandung bawang karena mengisahkan ayah dan anak yang punya pemikiran dan keinginan yang tak selalu sejalan. 

Kisah diawali dengan datangnya Heru (Whani Haridharmawan) yang datang ke Jakarta untuk bertemu dengan anaknya Danang yang sudah dua tahun tidak bertemu.

Sebagai ayah, Heru selalu menyarankan Danang sebaiknya pulang saja ke kampung jika tidak bekerja di tempat yang baik. Meski bisa melihat kartu tanda karyawan tergantung di mobil, akhirnya pada ayahnya yang curiga, Danang mengaku sudah 2 tahun berprofesi sebagai pengemudi kendaraan online.

Sempat terjadi ketegangan antara ayah dan anak karena berhenti kerja formal dilakukan Danang untuk mengejar impian dan cita-citanya sebagai aktor, yang menurut orang tuanya tidak tepat. Duh, disinilah bisa mengaduk rasa yang menontonnya meski ada unsur lucu juga yang dihadirkan.

Penonton “Rabu Yang Bahagia” bisa menyaksikan kulineran Jakarta yang  selalu di daerah Glodok Kota Tua, yakni Bakmi Cong Sim yang mengandung babi. Nyata sekali, penampakan nikmatnya makan bakmi karena  sengaja diperbesar  tayangannya. Selain itu, ada minuman legend Cap Badak yang banyak jadi pilihan orang saat mengunjungi Kota Tua Jakarta.    

Sebelum Nonton NGidam (foto:Komik)
Sebelum Nonton NGidam (foto:Komik)

“Ngidam”

Ngidam jadi film pendek pamungkas JFF yang disuguhkan. Tema ceritanya  ringan tapi mengena. Seperti judulnya, “Ngidam” mengangkat keinginan ibu hamil untuk menyantap makanan tertentu. Inilah yang membuat Abdul  (Jek) pusing tujuh keliling dan kelelahan memenuhi permintaan Lela (Amanda), istrinya.

Lela menginginkan makanan Betawi yang sudah mulai langka. Permintaan itu seringkali muncul di malam hari sehingga Abdul harus pergi kesana kemari untuk mendapatkannya. 

Abdul tak ingin jika tak dikabulkan nanti calon akan laki-laki yang sudah lama ditunggunya akan ileran (keluar air liur begitu saja). Apalagi, Romlah mertua perempuannya juga selalu mendesak Abdul mewujudkan keinginan ngidam  Lela.

Selama menyaksikan “Ngidam”,  selain beberapa ruas jalan kota Jakarta di malam hari, penonton juga bisa ikut melihat beragam kuliner khas Betawi yang mulai langka. 

Sebut saja, ada Gabus Pucung, Selendang Mayang, Nasi Ulam, Nasi Uduk Semur Jengkol, kue rangi, dan sayur Babanci yang jadi poin utamanya. Wuah, ikut ngiler jadi mau makan Babanci!


Langkanya Makanan  Tradisional Betawi 

Sebenarnya, apa makanan Betawi yang khas dan bisa dijadikan oleh-oleh? Nggak mudah menemukannya. Produser film pendek “Rabu Yang Bahagia” mengakui sulitnya mendapatkan makanan asli Betawi di Jakarta. 

Akhirnya, dalam film selain menampilkan sejumlah kulineran yang ada di Jakarta, sebuah pengalaman saat tinggal di Jakarta pun menjadi suatu yang unik sebagai kenang-kenangan.

Lalu bagaimana dengan “Ngidam” yang lebih banyak menampilkan makanan tradisional Betawi yang mulai langka?

Menurut Dewi Puspasari, pemilik ide cerita, penulis naskah, sekaligus Produser “Ngidam”, tim KOMiK harus melakukan penelusuran dan riset yang cukup panjang, terutama saat mencari penjual Sayur Babanci. 

Semuanya berawal saat menjadi editor sebuah buku tentang kuliner nusantara. “Jadi waktu saya baca, bingung. Apa itu sayur besan? Saat itu, saya belum punya gambaran seperti apa sayur besan,” kata Puspa.  

Sayur BabaInci Sudah Dikemas (sumber: tangkap layar youtube Komik)
Sayur BabaInci Sudah Dikemas (sumber: tangkap layar youtube Komik)

Di Jakarta, tempat tinggal Suku Betawi, sayur Babanci  dan makanan tradisional lainnya sulit ditemukan. Bahkan kadang justru didapatkan di Tangerang atau  di Bekasi, yang sudah beda provinsi. Segitu susahnya, segitu langkanya sayur Babanci. 

“Ada pesan Banci-nya itu, lho! Nah itu menunjukkan identitas Jakarta yang banci. Banci itu nggak jelas, campur aduk. Jakarta itu sepertinya apa sih? Betawi itu sepertinya apa sih? Ternyata setelah kita melakukan penelitian lebih dalam lagi, ternyata sejarah Jakarta, sejarah Betawi itu menarik. Betawi itu terdiri atas beberapa etnis dan dari berbagai pendatang. Kemudian terjadi alkulturasi budaya, menjadikan jenis-jenis makanan yang unik-unik, ” tutur Puspa.

Babanci sendiri merupakan makanan yang agak unik. Bisa dibilang seperti ketupat sayur, bisa dibilang seperti gulai, tapi sebenarnya juga bukan sayuran. Ini yang menarik. Apalagi bumbunya ada 18 macam. Namanya juga anah-aneh, ada akar angin, botor, kedaung, dan lain-lain.

Setelah nonton 3 film JFF (Foto:ira)
Setelah nonton 3 film JFF (Foto:ira)

***

Nah, jadi ingin makan Sayur Babanci kan? Aye mah kepingin. Sudah puluhan tahun tinggal di tanah Betawi, baru sekali nyobain sayur unik tradisional ini. Kapan ya bisa mampir ke penjualnya? Sekalian coba makanan tradisional Betawi yang lain juga.

Akhir kata, selamat atas tiga ide cerita terbaik yang  terpilih mendapatkan Jakarta Film Fund hingga berwujud film pendek yang bisa ditonton di Jakarta Film Week 2023. Aye selain Babanci, pingin juga  cari kue Rangi  yang cairan gulanya masih enak. Sudah lama kepingin. Sekalian ketemuan sama Mpok Hindun yang suka ngomong." Eh. Lela....!"

 Haha, Emang boleh sengidam itu? Sempatkan menonton, ya ! Di  Vidio juga ada dari 27-29 Oktober 2023., kok!

--- Jakarta,dhu271023---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun