Abdul tak ingin jika tak dikabulkan nanti calon akan laki-laki yang sudah lama ditunggunya akan ileran (keluar air liur begitu saja). Apalagi, Romlah mertua perempuannya juga selalu mendesak Abdul mewujudkan keinginan ngidam Lela.
Selama menyaksikan “Ngidam”, selain beberapa ruas jalan kota Jakarta di malam hari, penonton juga bisa ikut melihat beragam kuliner khas Betawi yang mulai langka.
Sebut saja, ada Gabus Pucung, Selendang Mayang, Nasi Ulam, Nasi Uduk Semur Jengkol, kue rangi, dan sayur Babanci yang jadi poin utamanya. Wuah, ikut ngiler jadi mau makan Babanci!
Langkanya Makanan Tradisional Betawi
Sebenarnya, apa makanan Betawi yang khas dan bisa dijadikan oleh-oleh? Nggak mudah menemukannya. Produser film pendek “Rabu Yang Bahagia” mengakui sulitnya mendapatkan makanan asli Betawi di Jakarta.
Akhirnya, dalam film selain menampilkan sejumlah kulineran yang ada di Jakarta, sebuah pengalaman saat tinggal di Jakarta pun menjadi suatu yang unik sebagai kenang-kenangan.
Lalu bagaimana dengan “Ngidam” yang lebih banyak menampilkan makanan tradisional Betawi yang mulai langka?
Menurut Dewi Puspasari, pemilik ide cerita, penulis naskah, sekaligus Produser “Ngidam”, tim KOMiK harus melakukan penelusuran dan riset yang cukup panjang, terutama saat mencari penjual Sayur Babanci.
Semuanya berawal saat menjadi editor sebuah buku tentang kuliner nusantara. “Jadi waktu saya baca, bingung. Apa itu sayur besan? Saat itu, saya belum punya gambaran seperti apa sayur besan,” kata Puspa.
Di Jakarta, tempat tinggal Suku Betawi, sayur Babanci dan makanan tradisional lainnya sulit ditemukan. Bahkan kadang justru didapatkan di Tangerang atau di Bekasi, yang sudah beda provinsi. Segitu susahnya, segitu langkanya sayur Babanci.