Gereja Tugu penanda paling mudah. Kampung Tugu punya kekayaan kisah sejarah, budaya, dan kuliner yang bisa menjadi potensi pariwisata yang dapat neningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Ikatan Keluarga Besar Tugu (IKBT), berperan di Kampung Tugu.
Kampung Tugu, Keunikan Desa Wisata Rintisan
Apa uniknya Kampung Tugu? Sambil mendengarkan lagu-lagu yang dilantunkan oleh Kerontjong Toegoe, mata saya memandang Roemah Toegoe, tempat kami berkumpul. Banyak foto-foto dan piagam penghargaan terpasang.
Sudah banyak berubah dari beberapa tahun lalu saat saya datang di bulan Januari. Terasa adem duduk sambil mendengarkan musik keroncong dan minum air mineral, setelah berjalan kaki dari Gereja Tugu lebih dari 50 meter.
Matahari kemarau begitu garang padahal baru pukul 10.00. Beberapa truk besar dan kontainer pelabuhan beroda besar melintas. Saya dan teman-teman juga dengan mudah melihat parkiran truk besar di kiri dan kanan jalan menuju Roemah Toegoe. Debu-debu menerpa.
“Apa keunggulan dari Kampung Tugu ini yang merupakan desa wisata di Jakarta? Kenapa tidak sepopuler destinasi wisata lain seperti Glodok?” pertanyaan yang sudah lama tersimpan, akhirnya terlontar kepada Arthur J Michiels.
Tanpa bermaksud membandingkan tapi karena kata ‘jarang-jarang bisa mendengarkan musik keroncong secara langsung’ atau ucapan beruntung bisa mencicipi kuliner Kampung Tugu ‘ jarang-jarang bisa merasakan kalau tidak ada kegiatan’ tertanam di kepala. Apalagi, jika bicara transportasi menuju desinasi.
Arthur Michiels terdiam sejenak. Lelaki bertubuh tinggi yang juga pemain bas grup musik Kerontjong Toegoe ini berbesar hati mengakuimasih banyak yang perlu dibenahi dari Kampung Tugu sebagai tujuan wisata.Sarana prasarana belum memadai dan lingkungan tidak memanjakan mata. Namun, segala yang dibutuhkan akan dilengkapi dan dibereskan seiring status desa wisata rintisan yang disandang.
Shinta N, dari Sudin Parekraf Jakarta Utara mengatakan soal infrastruktur sudah menjadi catatan, yakni adakah jalan yang berbeda untuk jalan kontainer dengan jalan perumahan. Selain kemungkinan solusi untuk menggunakan kereta untuk mengganti truk yang lewat di Kampung Tugu.
"Kami mendedikasikan rumah ini menjadi Living Museum, sehingga agar semua orang bisa datang bisa meihat dan mendapatkan informasi yang benar. Karena kalau datang ke tempat lain, misalnya ke gereja bertemu orang yang tidak tahu sejarah Tugu," kata Atrhur.