Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

"Lakonmu Apa?": Wujud dan Sosok Perempuan dalam Wayang Sari Koeswoyo

4 September 2023   16:00 Diperbarui: 4 September 2023   18:48 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan kata lain, perempuan mampu meregenerasi kehidupan. Kelak, manusia-manusia yang dilahirkan perempuan pun tumbuh besar. 

"Tanpa kami perempuan, tidak ada yang bisa hidup," katanya.

Chica Koeswoyo di antara karya Sari Koeswoyo (dok. windhu) 
Chica Koeswoyo di antara karya Sari Koeswoyo (dok. windhu) 
Sari ingin menyampaikan pesan jika perempuan tidak hanya berurusan sekitar dapur dan ranjang.

Lebih lebih dari itu, perempuan punya kebebasan dalam memutuskan hidup seraya merawat, mendidik anak, mengatur keuangan, dan lainnya. 

Helen Koeswoyo melihat lukisan Bukan Wani Ditata (dok. windhu) 
Helen Koeswoyo melihat lukisan Bukan Wani Ditata (dok. windhu) 
Posisi perempuan juga menjadi sorotan kuat Sari Koeswoyo. Dalam lukisan Bukan Wani Ditata (PerEMPUan), Sari ingin menunjukkan jika perempuan bisa mengatur hidupnya sendiri karena punya nalar dan hati. (Bukan dalam konotasi negatif). 

Perempuan yang saat melambung tinggi atau saat jatuh selalu dituding-tuding dan diatur-atur. Seperti, kamu harusnya begitu, kamu harusnya begini. 

Jika perempuan sudah mengerti dirinya, tidak perlu mengaku-aku saya istrinya A, anaknya B, dan cucunya C. Secara tegas, perempuan bisa bilang, saya adalah saya. 

Lukisan Sudah Waktunya atau Wis Wayahe (dok. windhu) 
Lukisan Sudah Waktunya atau Wis Wayahe (dok. windhu) 

Lukisan Sudah Waktunya atau dalam bahasa Jawa Wis Wayahe, bermakna bahwa sesuatunya itu sudah ada waktunya menyelaraskan atau menyeimbangkan dalam kehidupan ini. 

Ada api yang bisa menghangatkan, tapi jangan sampai membakar atau kobong. Ada air yang bisa menenangkan, tapi jangan sampai menjadi air bah yang mencelakakan.

Wahyu Temurun (dok. windhu) 
Wahyu Temurun (dok. windhu) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun