Sedekah tak harus berupa uang. Berbuat baik kepada orang lain bisa dilakukan dengan apa saja. Bisa dengan memberikan pakaian, makanan, hingga tenaga. Ketulusan dan  keikhlasan untuk memberi merupakan yang utama.Â
Lepas maghrib, ada yang mengetuk pintu. Seorang ibu bertubuh kurus datang ke rumah. Di sampingnya, berdiri seorang anak lelaki berambut keriting yang menatap begitu harap.
"Punya nasi? Punya nasi? Kalau ada, bisa minta nasi sama. Ini anak saya belum makan dari pagi," pintanya. Â
Awalnya, kedatangan ibu itu sedikit membingungkan karena . Begitu tiba-tiba. Namun sebenarnya, dia bukanlah orang yang tinggalnya jauh. Hanya berbeda beberapa RT meski tak bergaul akrab.
Kabar mengenai ibu itu dari percakapan para tetangga cukup mengundang iba. Dia ditinggal pergi suaminya begitu saja dengan dua anak usia sekolah yang masih harus dibesarkan. Padahal, dia sama sekali tidak bekerja. Tidak ada penghasilan untuk membiayai hidupnya sehari-hari,
Saat itu di rumah sedang tidak ada apa-apa. Maksudnya, tidak ada makanan yang layak untuk diberikan kepada orang lain. Menu makan di rumah sangat sederhana. Namun, ibu itu mengatakan tidak apa-apa.
Yang penting ada nasi untuk mengurangi lapar sejak tadi  meski lauknya hanya sepotong tempe goreng sekalipun. Akhirnya, semua makanan yang ada di rumah saat dipindahkan di wadah untuk dibawanya pulang.
Sejak saat itu, dia cukup sering datang ke rumah meminta makanan matang. Jika sedang tidak ada makanan rumah, ibu mengatakan lebih baik diberikan uang saja supaya bisa untuk membeli makanan di warung buat dia dan kedua anaknya.
Kini, ibu dua anak itu tidak pernah lagi datang meminta makanan. Dia sudah bisa memiliki penghasilan sendiri meski dari pekerjaan serabutan. Anak-anaknya kini sudah remaja.
Namun, kenangan tentang ibu dua anak yang meminta makanan selalu teringat sampai kini. Dulu, saya pernah terpikir, kenapa tidak datang saja ke tetangga yang lebih kaya untuk meminta makanan, yang pastinya lebih enak darpada yang ada di rumah.
Untunglah ibuku mengingatkan, bersyukurlah masih bisa memberikan sesuatu dengan yang dimiliki kepada seseorang yang kita tahu memang benar-benar membutuhkan. Ada kesempatan untuk bersedekah. Tidak perlu merasa terbebani karena dalam harta yang dimiliki sebenarnya ada hak milik orang lain yang memerlukan.
Sedekah, Untuk Siapa?
Melakukan kebaikan ternyata dapat mendatangkan kebahagiaan. Saat melihat anak si ibu tetangga makan dengan lahap, entah kenapa senang melihatnya. Bila teringat, jadi tersadar jika terkadang enggan menyantap sesuatu atau tidak menghabiskan sesuatu dengan alasan tidak menyukai hidangan yang disajikan.
Padahal, pada saat yang sama, ada yang rela menahan lapar, meminta nasi kepada orang lain terlebih dulu, sebelum kemudian bisa makan dengan lahap.Tidak memikirkan sayur dan lauk pauk yang didapatkan.
Sedekah memang ajaib. Ibu bercerita pernah memberikan seseorang dalam jumlah tertentu. Tak lama kemudian, tiba-tiba ibu mendapatkan suatu hal yang bila dihitung nominalnya berkali lipat dari yang diberikan.
Meski demikian, dalam memberikan sedekah tetap harus diingat juga jika niatnya harus ikhlas dan tidak semata-mata mengharapkan balasan. Allah Maha Tahu sudah memasukkannya sebagai pahala.
Kisah keajaiban sedekah sudah banyak yang merasakanannya. Agama Islam selalu mengajarkan untuk memberikan infaq, sedekah dan zakat. Contohnya didapatkan dari sejak zaman Rasulullah dan juga dilakukan oleh para sahabat nabi.
Wahai orang-orang yang beriman,belanjakanlah (di jalan Allah), sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu. (QS. Al Baqarah 254)
Laki-laki dan perempuan bisa bersedekah sesuai dengan kemampuannya. Sahabat rasulullah seperti Umar bin Khatab, Abu Bakar Shiddiq, Abu Thalhah, Abu Ubaidah, sangat terkenal rajin memberi sedekah.
Demikian pula halnya dengan keluarga nabi yang perempuan, dari istrinya Khadijah, Aisyah, Zainab, hingga Fathimah selalu bersedekah dengan yang dimilikinya.
Dari Umar bin Khathab RA: "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya setiap amal disertai niat, dan seseorang itu hanya akan mendapatkan apa yang diniatkannya.'" (HR Bukhari no 1 dan Muslim no  1907)
Rasulullah menggambarkan orang yang kikir dan orang yang dermawan itu dengan dua orang yang memberi dan menginfakkan hartanya sehingga jubah yang digunakan terus melebar. Sementara orang kikir dengan kuat memegang hartanya dan semakin hari berkurang dan menjepitnya hingga jiwa pun tersendat.
Dikutip dari Islam.co, dalam memberi sedekah, ada empat hukum yang perlu diketahui, yakni :
Pertama, wajib, hukum sedekah bisa berubah menjadi wajib ketika menemukan orang yang memang membutuhkan. Misalnya, ada orang miskin dalam kondisi lapar meminta makanan kepada kita. Kalau tidak diberi makanan dia akan sakit parah atau meninggal. Kondisi seperti ini wajib memberi sedekah.
Kedua, sunnah, hukum asal sedekah memang sunnah di manapun dan kapanpun. Sangat dianjurkan bagi umat Islam untu selalu bersedekah, baik dalam kondisi susah ataupun lapang.
Ketiga, makruh, sedekah juga bisa hukumnya berubah menjadi makruh bila barang yang disedekahkan buruk dan tidak bisa dimanfaatkan.
Keempat, haram, hukum sedekah berubah menjadi haram kalau kita mengetahui barang yang disedekahkan itu digunakan untuk kejahatan dan maksiat.
Lalu siapa saja yang berhak mendapatkan sedekah dan infaq? Dalam Al Qur'an Surat Al Baqarah ayat 215Â : Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah :"Harta apa saja yang kamu infakkan hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, dan orang yang sedang dalam perjalanan. Dan kebaikan apa yang kamu kerjakan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.
***
Bila mau melihat sekeliling, ternyata mereka yang perlu diberikan sedekah sebaiknya diutamakan yang dekat dengan kita lebih dulu. Tentu saja dengan harta yang halal dan baik. Tanpa bermaksud pamer dan lebih baik dengan tersembunyi.
----Jakartadhu270422---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H