Di perumahan saya, rata-rata mereka yang terkena adalah kluster keluarga. Dalam satu rumah, jumlah seluruh anggota keluarga beragam. Biasanya, sekitar 4-6 orang yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Kalaupun lebih, biasanya ada nenek atau kakek yang satu rumah.
Jika ada seorang anggota dalam sebuah keluarga yang terinfeksi, para persatuan ibu di perumahan spontan saling mendoakan dan membuka kran donasi.Â
Jika seluruh anggota keluarga dalam sebuah rumah yang terkena Covid-19 semua, mereka segera mengulurkan bantuan. Mulai dari makanan matang, makanan mentah ataupun memberikan uang seikhklasnya.Â
Gerak Cepat Para Ibu
Gerakan para ibu ini bahkan terkadang seakan lebih cepat dari respon pengurus warga. Melalui WhatsApp grup persatuan ibu, semua dikoordinasi dengan baik.Â
"Di lingkungan kita yang terkena omicron sudah banyak. Di RT 8 keluarga mbak Harum sekeluarga. Kalau di RT 9 seluruh orang rumah mbak Wangi juga kena. Ibunya mbak Wangi kemarin dibawa lagi ke rumah sakit karena punya komorbid."
Segera, dibuatlah dengan nomor urut siapa saja yang memberikan tanda sayang kepada keluarga yang sedang diuji dengan kehadiran virus di masa pandemi.Â
Ada yang menyediakan makanan pagi, makan siang atau makan malam. Ada yang menyediakan bahan makanan untuk hari Senin, Selasa, dan seterus hingga selama 10 hari berurutan.
Lalu apa saja makanan yang dikasih? Apa saja, tidak ditentukan. Namun, para ibu tampaknya sudah cukup piawai untuk memberikan yang terbaik untuk para tetangganya yang sedang isoman. Ada yang memberikan bahan sayur sop, sayuran hijau, bakso, daging ayam, daging sapi, telur, tempe, dan tahu.Â
Bahan makanan itu dilengkapi dengan bumbu masak sekaligus, seperti bawang merah, bawang putih, lengkuas, cabai, daun bawang dan seledri, minyak goreng, garam, dan gula pasir. Ada juga yang memberikan mie instan, susu, dan buah-buahan.Â
Untuk multivitamin, obat-obatan atau keperluan tambahan untuk keluarga yang sedang isoman disesusaikan permohonan. Misalnya membutuhkan minyak kayu putih, minyak tawon, atau lainnya.Â