Ooh, Rustam menatap sepotong pisang yang masih ada di kertas pembungkus yang bertuliskan soal anak sekolah.Â
"Mak Sani bilang begitu? " tanyanya penasaran.Â
"Belum, tapi  biasanya kan begitu, ' jawab lelaki muda itu.Â
Ooh, Rustam langsung mencomot sepotong pisang yang tersisa. Harganya sekarang seribu rupiah. Kalau naik jadi berapa, ya? Pikirnya.Â
Lelaki muda di hadapannya tertawa. "Sudah nggak usah dipikirkan. Tadi kayu bakarnya sudah tak taruh di belakang, ya. " Lelaki muda itu pun melangkah ke luar rumah.Â
Oh iya, Rustam tiba-tiba ingat harus memasak air lagi untuk mengganti air panas termos yang sudah dituangnya. Biar nanti malam tidak repot kalau ingin minuman panas.Â
Tak lama api pun menyala. Api mulai membakar kayu. Sebentar lagi pasti matang. Bunyi air mendidih mulai terdengar.Â
Sambil menuang air panas, telinga Rustam mendengar jika harga elpiji yang naik hanya ukuran besar.Â
Mata Rustam menatap tabung gas hijau muda yang diletakkannya di sudut rumah.Â
Rustam lupa sudah berapa lama tabung gas itu ada disitu. Sama lupanya Rustam letak kompor gas yang punyanya dulu.Â
Rustam terlalu takut memakai kompor gas pemberian pemerintah yang diterimanya.Â