Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tayangan Televisi

9 Januari 2022   22:29 Diperbarui: 9 Januari 2022   23:02 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ooh, Rustam menatap sepotong pisang yang masih ada di kertas pembungkus yang bertuliskan soal anak sekolah. 

"Mak Sani bilang begitu? " tanyanya penasaran. 

"Belum, tapi  biasanya kan begitu, ' jawab lelaki muda itu. 

Ooh, Rustam langsung mencomot sepotong pisang yang tersisa. Harganya sekarang seribu rupiah. Kalau naik jadi berapa, ya? Pikirnya. 

Lelaki muda di hadapannya tertawa. "Sudah nggak usah dipikirkan. Tadi kayu bakarnya sudah tak taruh di belakang, ya. " Lelaki muda itu pun melangkah ke luar rumah. 

Oh iya, Rustam tiba-tiba ingat harus memasak air lagi untuk mengganti air panas termos yang sudah dituangnya. Biar nanti malam tidak repot kalau ingin minuman panas. 

Tak lama api pun menyala. Api mulai membakar kayu. Sebentar lagi pasti matang. Bunyi air mendidih mulai terdengar. 

Sambil menuang air panas, telinga Rustam mendengar jika harga elpiji yang naik hanya ukuran besar. 

Mata Rustam menatap tabung gas hijau muda yang diletakkannya di sudut rumah. 

Rustam lupa sudah berapa lama tabung gas itu ada disitu. Sama lupanya Rustam letak kompor gas yang punyanya dulu. 

Rustam terlalu takut memakai kompor gas pemberian pemerintah yang diterimanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun