Sesuatu melayang turun ke lantai dari buku yang baru kubuka plastik pembungkusnya. Kertas? Lebih tepatnya, kertas pembatas buku!
Kuambil kertas berbentuk persegi panjang yang ukuran panjangnya hanya 3/4 panjang buku, dengan lebar hanya 4 cm saja.
Kertas pembatas buku itu lebih tipis dari cover buku, tapi dengan gambar dan warna serupa.
Baguslah, buku novel yang kubeli ini ada pembatas bukunya. Tidak semua buku novel cetak yang kubeli, baik dari penerbit mayor ataupun penerbit indie menyertakannya. Entah mengapa
Seandainya tak ada pembatas buku, sudah pasti aku akan menggunakan kertas apapun yang lebih tebal untuk menandakan halaman terakhir yang kubaca di buku.
Setiap lembar halaman buku yang kubaca bertambah, pembatas buku itu pun akan kuletakkan sesuai pada halaman yang bertambah.
Pembatas buku dan kebiasaan menggunakannya
Saat membaca buku, ternyata tak semua orang terbiasa menyiapkan atau menyediakan penanda halaman.
Tunggu, bukannya sok rapi tapi aku cukup kecewa ketika buku yang kupunya dalam keadaan berantakan. Apalagi, kalau itu buku yang aku suka, biasanya buku cerita atau novel.
Pernah, seorang teman meminjam buku. Dia tertarik pada kisah dan penulisnya yang memang masuk jajaran top di negeri ini.
Baiklah, aku sudah selesai membaca. Tak ada salahnya aku pinjamkan novel yang kubeli dengan uang yang memang sengaja kusisihkan.