Saat perjalanan di dalam LRT, penumpang bisa duduk di kursi yang tersedia. Pegangan tangan warna merah tergantung buat penumpang yang berdiri. Informasi tiba terdengar di setiap stasiun. Display enam stasiun terlihat di atas pintu gerbong, jadi tidak akan tertinggal stasiun.
Dalam LRT, terlihat ada tombol Passenger Emergency Intercom (PEI), CCTV, APAR, Katup Pintu Darurat, layar Passenger Information Display (PID), area pengguna prioritas (berkursi roda), dan lainnya.Â
Informasi pengumumuan integrasi moda transportasi yang bisa dilakukan pun ada, yakni Trans Jakarta Harmoni-Pulogadung di Stasiun Pulomas dan Trans Jakarta Pulogadung-Dukuh Atas di Stasiun Velodrome.Â
Mukena tersedia.Sehabis salat, bisa berfoto-foto lagi dengan mengambil latar rel kereta. Syukur-syukur kalau kebetulan ada LRT sedang melintas atau berhenti menurunkan penumpang di lantai satu. Secara keseluruhan, gedung stasiun LRT baik yang di Velodrome maupun di stasiun Boulevard Utara, cukup megah.Â
Untuk toiletnya cukup bersih, meski belum ada cairan pencuci tangan dan pengering tangan belum berfungsi. Sebuah kantung plastik hitam besar digunakan sebagai tempat sampah di depan toilet. Ada toilet untuk difabel juga.Â
Selain kartu Single Trip Journey, ada juga Multi Trip yang berlaku selama kurun waktu tertentu. Selain itu, naik LRT juga bisa dengan uang elektronik (dana, dompet di buka lapak, ovo tokopedia) dan kartu elektronik Bank (E money Bank Mandiri, BRIZZI BRI, Flazz BCA). Saat uji coba, belum bisa.
Menjajal LRT (lintas rel terpadu), saya menikmati cepatnya laju kereta. Dengan target penumpang ke depannya 14.225 orang per hari, dengan 245 perjalanan di hari kerja dan 282 perjalanan saat akhir pekan, LRT yang kedatangan tiap jam sibuk per 5 menit dan saat jam reguler tiap 15 menit, akan menjadi moda transportasi yang cukup membantu masyarakat Jakarta.
Sebelumnya, LRT disebut akan membantu perjalanan para atlet di Asian Games 2018 meski kenyataannya tidak jadi. Sebagai transportasi massal, LRT sangat nyaman meski terlalu pendek.