Namun, itulah yang menjadi permasalahan besar. Setelah tak digunakan, barang yang terbuat dari plastik akan  menjadi sampah plastik yang sangat mengganggu lingkungan.
Plastik memiliki daya tahan lama untuk bisa terurai. Sampah plastik akan tetap ada selama 500 tahun. Laman Greenpeace bahkan mengilustrasikan jika Leonardo Davinci  menggunakan botol minuman dari plastik saat melukis Monalisa, maka sampahnya masih akan bertahan hingga saat ini.
Semakin hari, semakin banyak benda dari plastik yang diproduksi, digunakan, dan dibuang. Hal ini menjadi tantangan yang cukup serius bagi Indonesia dan juga dunia, dalam menghadapi sampah plastik.
Permasalahan sampah plastik di laut menjadi salah satu hal yang dibahas dalam perhelatan akbar Our Ocean Conference, yang berlangsung selama dua hari mulai Senin 29-30 Oktober 2018, di Nusa Dua Bali.
Jacqueline Savit, Chief Policy Officer Oceana, sebuah organisasi konservasi laut global menuturkan, saat ini lautan  mau tidak mau harus menghadapi  ancaman sampah plastik.
Kata Jacqueline, setidaknya ada 17,6 miliar ton sampah plastik masuk ke lautan setiap tahunnya. Sampah plastik itu tidak hanya mengancam  lautan Indonesia, tapi juga hampir seluruh negara di dunia.
Menteri Luar Nageri Retno Marsudi pun menyadari jika Indonesia telah menghasilkan jumlah cukup besar sampah pastik, termasuk sampah plastik di laut. Karenanya, kegiatan OOC pun diawali dengan  kampanye membersihkan pantai.
Laut Bukanlah Tempat Sampah
Pandu Laut, komunitas binaan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bahkan telah melakukan aksi bersih-bersih pesisir laut pada  76 titik di berbagai wilayah Indonesia, sejak Agustus 2018 .