Â
Pernahkah  berdiri di pinggir  sebuah pantai atau berada di tepi suatu pelabuhan?  Bila diperhatikan, tak jarang melihat adanya sejumlah sampah plastik yang menyembul di antara air laut yang menghempas sisi dermaga atau pada sisi kapal yang sedang  bersandar.
Itu bisa ditemui di Ancol. Begitupun saat berada di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, untuk mengunjungi open boat Kapal hijau Greenpeace Rainbow Warrior yang datang April lalu 2018 lalu. Timbulan sampah juga  tak luput terlihat  Di antaranya adalah sampah plastik.
Baca juga disini Â
Ya, membicarakan sampah, seakan-akan tak pernah habisnya dan tak jarang dianggap  menjadi sumber masalah. Banjir, misalnya. Gara-gara sampah, Provinsi DKI Jakarta pun kisruh dengan pemerintah kota Bekasi mengenai pembuangannya di TPA  Bantar Gebang.
Di  kawasan lingkungan, sampah juga bisa dilihat ada di selokan-selokan yang berada di pinggir trotoar. Ketika hujan, sebagian sampah meluber ke jalan. Selebihnya terbawa aliran air melewati sungai , yang kemudian mendorongnya untuk sampai ke lautan lepas.
Jenis sampah memang beragam. Â Namun, sampah plastik dipastikan menjadi ancaman serius untuk laut sehat. Suatu hal yang wajar, lantaran saat ini nyaris semua barang atau perabotan yang digunakan tak lepas dari unsur plastik.
Adakah di sebuah supermarket, pasar, ataupun pusat perbelanjaan tidak menemukan adanya barang yang mengandung unsur plastik? Minimal, para pengunjung yang menjadi konsumen akan menjinjing kantung plastik untuk mebawa barang yang telah dibelinya. Membawa keranjang belanja, tak semua dilakukan pembeli. Â
Seiring dengan perjalanan waktu, perkembangan produksi dan penggunaan plastik pun meningkat. Pada perang dunia II, plastik digunakan untuk membuat senjata bazoka hingga komponen pesawat.
Berakhirnya masa perang, perusahaan plastik mengubah produksinya untuk beragam produk, mulai dari boneka barbie, kontainer plastik, mainan plastik, dan furnitur plastik. Plastik memiliki daya pikat yang tinggi karena lebih murah dan lebih ringan.